Pencarian

9 Kesalahan Pemberian Obat yang Bisa Berakibat Fatal

post-title

Kesalahan pemberian obat jadi hal yang harus dihindari oleh tenaga kesehatan, terutama perawat. Setiap tugas mereka adalah memberi obat yang didelegasikan oleh dokter. Satu saja kekeliruan, maka akan berakibat fatal bagi keselamatan pasien.

Sebagai perawat, "medication error" (kesalahan pemberian obat) dan "sentinel event" (kejadian serius) memang selalu membayangi. Sebelumnya, sudah dijelaskan tentang pentingnya "Prinsip 8 Benar" agar para pasien terhindar dari hal-hal yang mengancam keselamatan dan proses perawatannya.

Kali ini, yang dibahas adalah 9 pemberian obat yang bisa membahayakan nyawa pasien seperti dihimpun dari berbagai sumber. Mulai dari nitro paste hingga lokasi injeksi IM yang benar. Yuk simak!

1. Nitropaste

Pernah menggunakan nitropaste, guys? Obat salep ini biasa digunakan sebagai salah satu pilihan untuk antihipertensi, juga sangat penting saat mengobati serangan jantung dan mencegah nyeri dada (angina) pada pasien dengan penyakit arteri koroner.

Caranya bekerja yakni dengan melebarkan arteri koroner di jantung, yang memungkinkan lebih banyak darah mengalir ke otot jantung sehingga mencegah iskemia.

Nitropaste ini diserap melalui kulit dan masuk ke aliran darah. Karena itu, sangat penting bagi perawat untuk selalu mengenakan sarung tangan saat melepas atau mengoleskan salep nitrogliserin. Efek sampingnya sendiri meliputi sakit kepala, muka memerah, rasa pusing dan sakit kepala.

Cara penggunaan nitropaste pun unik, karena memakai plaster dengan semacam penggaris.


(Sumber foto : what-when-how.com)

Namun, yang harus diingat adalah ketahui dosis yang tepat. Ini sangat penting untuk menjaga jaringan jantung pasien tetap aman. Setiap "paket" (sebutan untuk sekali olesan) untuk individu nitrobid 2% biasanya hanya 1 gram atau sekitar 1 inci persegi salep. Jadi jika yang dipesan hanya ½ inci, taruh setengah paket pada kertas, atau semprotkan semuanya jika dipesan 1 inci.

Jika jumlah yang digunakan ternyata tak sesuai resep? Nyawa pasien bisa terancam.

2. Ceftriaxone dan Ringer Laktat

Obat tetes intravena sering banget digunakan di rumah sakit. Mulai dari cairan IV, antibiotik, dan bahkan infus kritis di dalam ICU. Pasien juga sering mendapat cairan IV primer, IV sekunder hingga antiviotik IV.

Namun, yang harus diingat adalah terkadang Ringer Laktat (RL) atau cairan lain yang digunakan sebagai gantinya. Jangan berikan ceftriaxone (Rocephin) dengan IV LR, karena dapat membentuk endapan. Ini tak lepas dari kandungan kalsium dari RL.

Nah, endapan ini bisa menyebabkan kerusakan pada ginjal, paru-paru, atau kantong empedu pasien.

3. Paralisis Sebelum Sedasi

Rapid Sequence Intubation (RSI) adalah istilah yang digunakan untuk menyebut metode mengintubasi pasien yang terjaga. Dan sedasi dibutuhkan untuk jika ada alat yang yang dimasukkan ke dalam tubuh, agar pasien bisa tenang tak melawan.

Namun, ada urutan yang harus diikuti dalam RSI. Pastikan selalu memberi sedasi sebelum pasien alami paralisis. Jika yang terjadi sebaliknya, pasien bisa mengalami trauma mendalam.

Memang pasien tidak bisa bernapas atau bergerak, tapi mereka bisa sadar ada prosedur medis yang sedang terjadi. Hal yang mengerikan? Pasien sadar sepenuhnya sepanjang prosedur dan akan terus mengingatnya. Seram!

Obat penenang IV umum (agen Induksi) diantaranya : etomidate, midazolam, ketamine, fentanyl, propofol, thiopental.

Paralitik IV umum meliputi : suksinilkolin, rocuronium, vecuronium.

4. IV Insulin

Insulin biasanya diberikan pada injueksi subkutan, jadi beberapa perawat mungkin tidak terbiasa memberikannya melalui infus. Jarum insulin subkutan memang tak dirancang terhubung ke sistem IV. Memang sih ada adaptor khusus, tapi insulin bisa juga memakai jarum suntikan subkitan normal.

Cara termudah untuk melakukannya adalah dengan menarik insulin ke dalam jarum suntik subkutan normal.

Kemudian, ambil NS flush steril, semprotkan setengahnya, tarik kembali jarum suntik untuk memberi ruang, dan semprotkan insulin ke dalam jarum suntik. Cara ini membuat insulin encer dengan ~5mL saline.

Ini mungkin tampak sederhana bagi sebagian orang, tetapi banyak perawat yang menggunakan jarum suntik 3 mL biasa. Ini rentan salah karena dosis yang diberikan bisa sampai 10x dari yang diresepkan.

Risikonya? Hipoglikemia bisa terjadi. Kemungkinan terburuknya adalah kematian akibat overdosis insulin. Gak main-main, loh.

5. Look Alike, Sound Alike (LASA)

Nah, perlu kejelian untuk membedakannya karena benar-benar mirip (look alike, sound alike). Baik dari nama, kemasan, dan label. Ada segudang nama yang sering mengecoh perawat dan petugas apoteker. Sehingga perlu kejelian dan berkali-kali pemeriksaan untuk memastikan bahwa obat tersebut sudah sesuai dengan resep dokter.

Beberapa contohnya seperti :

- Ephedrine dan Epinephrine

- Fentanyl dan Sufentanil

- Merlopam tablet dan Sandepril tablet

- Simvastatin 10 mg tablet dan Simvastatin 20 mg tablet

- Cisplatin dan Carboplatin

- Folic acid dan Folinic acid

- Xanax dan Zantac

Jika dalam situasi yang mendesak, orang apotek biasanya tak sempat melakukan verifikasi obat, mencocokkannnya dengan resep. Jangan ragu untuk mengecek ulang untuk memastikannya sudah sesuai.

Pemantauan pasien merupakan aspek penting dari manajemen keperawatan yang tepat. Sebagai perawat, Anda berada di samping tempat tidur dan akan menjadi orang pertama yang melihat perubahan status pasien.

Selain itu, selalu pantau kondisi pasien setelah meberian obat IV, terutama yang berisiko tinggi. Pemantauan pasien yang tepat, bahkan setelah pemberian obat yang salah, akan menyelamatkan nyawa pasien.

6. IV Haloperidol

Masih soal memantau, hal sama juga harus dilakukan pada pasien penyakit jantung yang baru saja mendapat diberikan obat tertentu. Ini tak lepas dari fakta bahwa ada sejumlah obat yang memicu aritmia.

Contohnya Haloperidol (Haldol) yang diberikan secara IV karena agitasi atau demensia, dan terkadang untuk mual. Tapi, obat ini berisiko tinggi untuk aritmia jantung dengan meningkatkan QT, membuat pasien rentan terhadap PVC, VTACH, Torsades, dan bahkan VFIB.

Namun, perlu dicatat bahwa Haldol secara teknis harus dihindari dalam kasus agitasi terkait demensia karena peningkatan risiko kematian mendadak. Haldol mungkin masih diperlukan karena opsi terbatas, tapi selalu camkan bahwa pemantauan kondisi jantung harus dilakukan. Selalu ingat, ya!

7. Tergesa-gesa saat Memberi IV

Memberikan obat IV bolus sangat sangat umum di rumah sakit. Tapi, karena prodesurnya yang cepat, perawat bisa saja melakukannya secara terburu-buru. Dan ini tak boleh terjadi. Berikut beberapa penjelasannya :

- Dilaudid

Dilaudid (hydromorphone) biasa diberikan untuk nyeri, dan kira-kira 7 kali lebih kuat dari morfin. Tapi, harus diberikan secara perlahan selama 2-3 menit. Kalau terlalu cepat, bisa muncil efek samping seperti depresiasi pernapasan serta hipotensi.

- Reglan

IV Reglan (metoclopramide) dapat diberikan IVP dalam dosis ≤ 10mg murni selama 1-2 menit. Kalau terlalu cepat, pasien akan mengalami perasaan cemas dan gelisah yang intens tetapi berumur pendek, diikuti dengan periode kantuk. Waspadai juga reaksi distonik.

- Obat Jantung

Obat jantung seperti Lopressor (metoprolol) dan Cardizem (diltiazem) harus didorong perlahan untuk mencegah terjadinya efek samping yqkni bradikardia dan/atau hipotensi. Jadi Lopressor harus diberikan selama 2-5 menit dan Cardizem selama 2 menit.

- Deksametason

Dosis deksametason IV 4-10mg sering diberikan tanpa diencerkan selama <1 menit. Tapi, efeknya adalah iritasi di perineum. Jadi, ingatkan pasien atas efek samping ini memang mungkin terjadi dan bisa hilang dengan sendirinya. Untuk meminimalkan efek samping, dianjurkan untuk mengencerkan Deksametason dalam kantong 50 ml selama 5-15 menit.

8. Lokasi Injeksi IM yang Cocok

Saat belajar, perawat diajarkan untuk menyuntikkan sebagian besar obat IM >1mL di bagian tengah bokong (dorsogluteal). Tapi, cara ini sebenarnya bisa menyebabkan banyak cedera pada pasien.

Mulai dari trauma kulit dan jaringan, fibrosis dan kontraktur otot, hematoma, kelumpuhan saraf, kelumpuhan, dan infeksi. Sebaliknya, obat-obatan tersebut harus diberikan di situs ventrogluteal.

(Sumber : Springer.com)

Selain itu, otot deltoid adalah lokasi yang mudah untuk semua suntikan 1-2 mL pada banyak orang dewasa. Tapi, sekali lagi, reaksinya tergantung pasien yang menerima suntikannya.

Otot Deltoid adalah lokasi yang mudah untuk semua suntikan 1-2mL pada kebanyakan orang dewasa. Namun, bahkan 1 mL bisa sangat menyakitkan di deltoid tergantung pasiennya.

Ada sebuah hal penting yang mungkin sering luput, yaitu titik suntikan IM dengan penyerapan tercepat adalah vastus literalis alias ventrogluteal (sisi paha). Nah, titik ventrogluteal menjadi solusi bagi pasien yang butuh suntikan epinefrin akibat mengalami reaksi anafilaksis.

Lengkapnya, ada empat lokasi yang dituju saat injeksi IM :

- Lengan bagian atas (Dorsogluteal)

- Panggul

- Bokong

- Paha (Ventrogluteal)

9. Antibiotik yang "Luas Sebelum Sempit"

Seperti yang disebutkan sebelumnya, antibiotik juga diberikan secara IV, terutama yang sedang mengalami sepsis. Dan sudah diketahui bahwa ada beberapa antibiotik berspektrum luas (membunuh semua jenis bakteri) dan berspektrum sempit (membunuh lebih sedikit).

Namun, ada salah kaprah lain menyangkiut salah satu antibiotik yakni Vankomisin. Spektrumnya sebenarnya sempit, loh. Sebab cuma mencakup organisme gram positif, apalagi butuh waktu lama untuk meresap.

Keputusan terbaik dalam sepsis adalah mengutamakan antibiotik spektrum luas terlebih dahulu. Seperti Ceftriaxone (Rocephin), Cefepime, Pipericillin-Tazobactam (Zosyn), Imipenem dan Ampisilin. Jadi, jangan sembrono memilih, ya!

Nah, itu tadi 9 kesalahan pemberian obat yang bisa berujung fatal. Tingkatkan kewaspadaan demi menjaga keselamatan pasien, ya!


Referensi :

Kelly, W. J. (2022, August 26). 9 nursing medication errors that kill. Health And Willness. Retrieved February 2, 2023, from https://healthandwillness.org/9-nursing-medication-errors-that-kill/ 

Kocsis, M. (2021, April 8). Ventrogluteal vs Dorsogluteal im injection sites. Balance My Hormones. Retrieved February 2, 2023, from https://balancemyhormones.co.uk/ventrogluteal-vs-dorsogluteal-im-injection-sites/ 

U.S. National Library of Medicine. (n.d.). Nitroglycerin topical: Medlineplus drug information. MedlinePlus. Retrieved February 2, 2023, from https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a682346.html 

Gin, A., & Walker, S. (2009). Notice to Hospitals Regarding Ceftriaxone-Calcium Incompatibility: What's a Clinician to Do?. The Canadian journal of hospital pharmacy, 62(2), 157–158. https://doi.org/10.4212/cjhp.v62i2.447

Fierro, M. A., & Bartz, R. R. (2016). Management of Sedation and Paralysis. Clinics in chest medicine, 37(4), 723–739. https://doi.org/10.1016/j.ccm.2016.07.01

MediLexicon International. (n.d.). IV insulin: Definition, administration, and potential complications. Medical News Today. Retrieved February 2, 2023, from https://www.medicalnewstoday.com/articles/iv-insulin 

Look-alike sound-alike medicines. Community Pharmacy Patient Safety Group. (2021, July 22). Retrieved February 2, 2023, from https://pharmacysafety.org/2019/02/04/lasa-medicines/ 

RxList. (2020, December 2). Side effects of Haldol (haloperidol injection), warnings, uses. RxList. Retrieved February 2, 2023, from https://www.rxlist.com/haldol-side-effects-drug-center.htm 

Glimelius, B., Jakobsen, A., Graf, W., Berglund, A., Gadeberg, C., Hansen, P., Kjaer, M., Brunsgaard, N., Sandberg, E., Lindberg, B., Sellström, H., Lorentz, T., Påhlman, L., & Gustavsson, B. (1998). Bolus injection (2-4 min) versus short-term (10-20 min) infusion of 5-fluorouracil in patients with advanced colorectal cancer: a prospective randomised trial. Nordic Gastrointestinal Tumour Adjuvant Therapy Group. European journal of cancer (Oxford, England : 1990), 34(5), 674–678. https://doi.org/10.1016/s0959-8049(97)10055-7

Cafasso, J. (2022, April 11). Intramuscular injection. Healthline. Retrieved February 2, 2023, from https://www.healthline.com/health/intramuscular-injection 

Demeke, C. A., Adinew, G. M., Abebe, T. B., Gelaye, A. T., Gemeda, S. G., & Yimenu, D. K. (2021). Comparative analysis of the effectiveness of narrow-spectrum versus broad-spectrum antibiotics for the treatment of childhood pneumonia. SAGE open medicine, 9, 20503121211044379. https://doi.org/10.1177/20503121211044379

Twitter