Kabar baik datang dari situasi pandemi COVID-19 nasional. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut bahwa saat ini Indonesia sedang melangkah menuju endemi. Ini disebut berdasarkan angka kasus COVID-19 yang terus melandai dari hari ke hari.
Sempat alami peningkatan, jumlah kasus harian COVID-19 di Indonesia mulai melandai sejak pekan ketiga bulan Agustus lalu. Dan berdasarkan data pada Sabtu lalu (1/10/2022), rata-rata kasus per pekan sudah menjadi 1.735.
Kendati demikian, masyarakat dan tenaga kesehatan tetap diminta untuk waspada atas potensi mutasi virus, seperti yang terjadi pada gelombang Delta dan Omicron.
"Sesuai pengumuman Dirjen WHO kita saat ini seluruh dunia telah menghadapi masa yang menggembirakan karena tanda tanda hilangnya pandemi COVID mulai terlihat, termasuk di Indonesia," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Mohammad Syahril, Sp.P., MPH., dalam keterangan pers pada Jumat lalu (30/9/2022).
Kemenkes menyebut ada beberapa parameter yang membuat pihaknya optimis saat ini Indonesia menuju endemik. Pertama, seperti dijelaskan sebelumnya, yakni penurunan konfirmasi pasien positif selama beberapa pekan terakhir.
Kedua, positivity rate mingguan terakhir berada dalam kisaran 6,38 persen. Ketiga, kasus kematian turut menurun ke angka 123 per minggu, atau rata-rata di bawah 20 per hari.
Penurunan rata-rata kasus per pekan berbanding lurus dengan Bed Occupancy Rate (BOR), yang menurun dari 5% pada 10 September menjadi 4,83 per 30 September 2022.
Kendati demikian, masih ada 8 provinsi yang justru mengalami peningkatan kasus selama sepekan terakhir. Antara lain Daerah Istimewa Yogyakarta, Bangka Belitung, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara serta Sulawesi Utama. Adapun 26 provinsi lainnya alami penurunan kasus harian.
Dalam keterangan pers yang sama, dr. Syahril menyampaikan bahwa Kemenkes sudah mengadopsi enam strategi Badan Kesehatan Dunia WHO menuju endemi. Pertama, tenaga kesehatan dan medis harus rutin mengingatkan masyarakat bahwa pandemi COVID-19 masih belum selesai. Kedua yakni menggencarkan vaksinasi dosis pertama, kedua dan penguat.
Ketiga, memastikan sistem pelayanan kesehatan dari hulu ke hilir sebagai antisipasi jika terjadi lonjakan kasus, seperti yang terjadi pada Juni-September 2021 dan Januari-Maret 2022. Keempat adalah upaya pengendalian penyebaran secara menyeluruh dan berkelanjutan, mulai dari perluasan jangkauan vaksinasi dan penegakan protokol kesehatan.
Kelima, adalah penguatan upaya surveilans yakni transisi dari case-based nation whole surveillance, integrasi surveilans ILI/SARI, penguatan community-based surveillance yang akan terintegrasi dengan Sistem Kewaspadaan Diri dan Respons (SKDR) yang ada di Puskesmas, hospital based surveillance, serta environmental surveillance (ES) yang sedang dikembangkan.
Namun, dr. Syahril menekankan bahwa menuju endemi adalah pekerjaan yang membutuhkan kolaborasi semua pihak, termasuk tenaga kesehatan. Konsistensi diutamakan, sekaligus ketaatan pada peraturan yang berlaku.
"Kesiapan masyarakat untuk tetap waspada termasuk betul betul menyiapkan langkah kita menuju endemi, paling penting dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, termasuk disiplin memakai masker," tutup dr. Syahril.