Harus diakui, banyak orang yang memandang pekerjaannya hanya sekadar rutinitas. Semua deadline dan aktivitas harus dilakukan lantaran ingin terlihat produktif, atau malah atas alasan finansial. Lalu muncul pertanyaan: apakah kita tidak bisa mencintai pekerjaan sehari-hari?
Dalam publikasi artikel Journal of Applied Psychology pada tahun 2002 silam, psikolog Harter dan Hayes menulis bahwa 91 persen dari kinerja bagus sama sekali tak berhubungan dengan seberapa cinta si pekerja dengan pekerjaannya. Jadi sudah bisa ditarik kesimpulan bahwa banyak pekerja dengan performa tinggi justru sama sekali tak cita kerjanya, sedang orang-orang yang mencintai pekerjaannya belum tentu cinta tugasnya.
Masih banyak hal yang bisa membuat seseorang malah benci dengan tugas di kantor sehari-hari : perlakuan bos, lingkungan kerja yang toksik, rekan tak punya respek, kesulitan menyesuaikan diri, keteteran dengan ritme yang ada, serta masih banyak lagi. Tapi itu semua adalah variabel lain.
Lantas apa kata sains tentang fenomena ini? Psikolog Thomas Chamorro-Premuzic, dalam artikelnya di Fast Company, menjabarkan ada lima kiat untuk membuatmu lebih mencintai pekerjaan. Apa saja sih itu? Yuk simak.
1. Pilih pekerjaan dengan cermat
Tidak semua orang beruntung memiliki karier memuaskan. Ada beberapa faktor penentu seperti kesehatan, pendidikan, jaringan yang dimiliki, pintar mengambil peluang dan juga mujur. Tapi bagaimana kalau kita tak punya semua atau salah satunya?
Caranya dengan membuat keputusan karier berdasarkan pertimbangan rasional dan informasi yang dikumpulkan. Hindari kesalahan umum yakni mengutamakan pendapatan ketimbang rencana mengembangkan karier dalam jangka panjang.
Cara untuk tahu? Tanya pada dirimu apa yang diinginkan. Luangkan waktu untuk mencari peluang kerja, dan tetap terbuka untuk belajar hal-hal baru. Setiap pekerjaan adalah peluang untuk meningkatkan kualitas dan kompetensimu, sekaligus meraba potensi minatmu sebenarnya. Jangan takut gagal, sebab itu adalah bagian dari proses belajar.
2. Jangan ragu mencoba cara baru
Tujuan dari bekerja adalah mencapai hasil. Tapi ini tak berarti kamu hanya terkungkung dalam satu metode saja. Salah satu hal yang membuat seseorang benci dengan pekerjaannya adalah pola-pola berulang. Jangan mau terkungkung oleh sesuatu yang dirasa mulai membosankan.
Kamu punya otoritas menentukan cara kerja, jadi jangan ragu untuk sedikit mengubahnya demi mencapai target. Hitung-hitung bereksperimen dan keluar dari kebiasaan lama, kan? Beranikan diri mengusulkan ini ke bos, lagian atasan tetap tertarik dengan perubahan metode, asalkan tidak memengaruhi hasil kerjamu.
3. Tinggalkan atasan yang tidak kompeten
Tomas Chamorro-Premuzic dalam buku "Why Do So Many Incompetent Men Become Leaders?" (Harvard Business Review Press, 2019) menulis bahwa 50 persen kasus kinerja perusahaan/instansi yang buruk dipengaruhi oleh atasan tidak kompeten. Jadi, daripada kamu menunggu keajaiban, lebih baik segera minggat.
Okelah, kamu mungkin memilih bertahan dengan alasan-alasan tertentu, seperti finansial dan relasi. Tapi bagaimana kalau sudah benar-benar di luar batas? Simpel, kok. Tinggalkan. Pasti ada bos yang cocok dan pandai menjalin relasi dengan stafnya, termasuk kompeten dalam bidang yang ditekuni.
4. Jangan ragu resign saat situasi sudah memburuk
Ibarat hubungan asmara yang toksik, kamu bisa saja enggan resign dengan harapan bahwa atasan dan suasana kantor akan berubah. Kesempatan sudah kami beri hingga beberapa kali, tapi bagaimana kalau ternyata suasananya sama saja? Jangan ragu untuk segera menyusun surat pengunduran diri.
Ketika masih ada peluang bagus di luar sana, kenapa harus lama-lama bertahan dengan situasi tempat kerja yang gak banget?
5. Turunkan ekspektasi!
Nah, sudah jadi rahasia umum kalau harapan yang tak sampai berujung pada rasa kecewa. Bisa saja yang kamu impikan adalah atasan yang ramah, rekan kerja baik hati, dapat gaji tinggi, jabatan bagus, dan sebagainya. Tapi tak usah muluk-muluk, sebab banyak hal di luar kendalimu.
Kalau bisa mendapat tempat kerja yang diidam-idamkan, berarti kamu sedang mujur. Tapi kalau gagal? Namanya juga hidup, kamu bisa memilih jalani atau pindah ke kesempatan lain. Ada banyak pilihan, kok. Dan semua ada di tanganmu.
Referensi :
- Chamorro-Premuzic, T. (2022, February 25). How to love your job according to Science. Fast Company. Diaksses pada 27 Juli 2022, dari https://www.fastcompany.com/90725498/how-to-love-your-job-according-to-science.
- Borst, R. T., Kruyen, P. M., Lako, C. J., & de Vries, M. S. (2019). The attitudinal, behavioral, and performance outcomes of work engagement: A comparative meta-analysis across the public, Semipublic, and private sector. Review of Public Personnel Administration, 40(4), 613–640.
- Tims, M., Bakker, A. B., & Derks, D. (2012). Development and validation of the job crafting scale. Journal of Vocational Behavior, 80(1), 173–186.