Pencarian

Cara Mengetahui Hubungan Elektrolit dan Hasil EKG

post-title

Membaca hasil Elektrokardiogram (EKG) bukan cuma bisa dilakukan oleh dokter saja, loh. Perawat juga bisa, demi membantu menegakkan asuhan keperawatan yang tepat terhadap pasien. Umumnya, kondisi elektrolit ini bisa diketahui dengan "membaca garis" di kertas hasil pemeriksaan.

Eit, tapi bukan garis sembanrang garis, ya! Harus tahu perbedaannya secara rinci.

Nah, ada enam kondisi yang pasien berdasarkan hasil EKG-nya, dan juga diagnosis masing-masing kondisi :


Berikut penjelasannya masing-masing :

1. Hiperkalemia

Biasanya pasien datang dengan peningkatan kepekaan terhadap rangsangan, ansietas atau bahkan keluhan sesak napas yang berat. Keluhan lainnya adalah kram di area abdomen, diare, dan parestesia. Kelemahan ekstremitas pasien hiperkalemia sebagian besar cuma kelemahan ekstrimitas bagian bawah.

Faktor risikonya ada tiga, yakni masukan kalium berlebihan (pemberian kalium intravena, penurunan eksresi kalium (penyakit ginjal, penggunaan diuretik hemat kalium, insufisiensi adrenal), dan perpindahan kalium keluar dari sel-sel : pada asidosis, defisiensi insulin, ketabolisme jaringan yang meningkat (demam, sepsis, trauma, bedah, atau hemolisis).

2. Hipokalemia

Biasanya pasien hipokalema mengaku sedang didera keletihan atau kelemahan otot. Keluhannya adalah badan lemas dan tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Biasanya diikuti kram kaki, otot lembek atau kendur, mual, muntah dan parestesi.

Gangguan irama jantung (aritmia) jadi salah satu komplikasi hipoakalemia yang paling ditakutkan. Ini lantaran dapat berakhir dengan kematian.

Faktor risiko hipokalemia antara lain menderita penyakit jantung, mengidap penyakit berkepanjangan yang menyebabkan muntah/diare, atau mengonsumsi obat tertentu yang menyebabkan kehilangan kalium.

3. Hiperkalsemia

Gejala yang dialami baru dirasakan pasien ketika sudah mulai memburuk. Gejalanya yakni gejala haus berlebih, sering buang air kecil, akit perut, mual, muntah, sembelit, nyeri tulang dan lemah otot.

Bisa juga linglung, kelelahan, kejang, hingga penurunan kesadaran. Jantung berdebar, pingsan hingga aritmia.

Faktor risiko hiperkalsemia yakni hiperparatiroidisme, keracunan obat-obatan, kelebihan vitamin A atau D, serta kanker.

4. Hipokalsemia

Gejala hipokalsemia berat antara lain kebingungan atau hilang ingatan, kesemutan di tangan, kaki, dan wajah. Bisa juga berupa depresi, halusinasi, kejang otot, kram otot, kuku rapuh. serta tulang mudah patah.

Faktor risikonya adalah Hipoparatiroidisme, Pseudohipoparatiroidisme, terlahir tanpa kelenjar paratiroid, Hipomagnesemia, defisiensi vitamin D, gagal ginjal, Pankreatitis, kekurangan kalsium, hingga efek samping obat-obatan tertentu.

5. Hipermagnesemia

Ini terjadi lantaran beberapa hal. Seperti mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung magnesium tinggi secara berlebihan, menjalani terapi lithium, mengalami kerusakan jaringan akibat luka bakar. Ada juga akibat menderita penyakit jantung, gangguan pencernaan, hipotiroidisme, penyakit Addison, depresi, atau hiperkalsemia.

Beberapa gejala yang biasa dirasakan pasien adalah sakit kepala, wajah memerah, les, pusing, pingsan, mual dan muntah. Termasuk diare, refleks anggota tubuh melambat, otot lemah atau lumpuh, rendahnya tekanan darah, aritmia serta gangguan pernapasan.

6. Hipomagnesemia

Hipomagnesemia biasa dialami oleh orang-orang yang sudah berusia lanjut, yang sedang menjalani rawat inap di rumah sakit, atau perawatan di ICU (Intensive Care Unit). Beberapa juga akibat kecanduan alkohol, atau sudah menderita diabetes.

Jika masih dalam tahap ringan, pasien yang mengalami hipomagnesemia akan mual, muntah, kelelasan, dan menurunnya nafsu makan. Jika semakin memburuk, muncul pula gejala lain berupa, lemah otot, tremor, kesemutan atau mati rasa, kram otot, kejang, aritmia hingga nistagmus.

Nah, itu tadi penjelasan tentang masing-masing kondisi elektrolit pasien berdasarkan pemeriksaan EKG. Dan ngomong-ngomong, kamu bisa tahu gak apa hasil EKG di bawah ini?


Nah? Kamu bisa tahu gak?

Twitter