Istilah "sandwich generation" memang lekat dengan anak-anak muda, termasuk para perawat yang lahir di dekade 1990-an dan 2000-an. "Sandwich generation" sendiri berarti kondisi di mana seorang anak yang sudah mulai berkeluarga harus menanggung beban finansial kehidupan orang tuanya. Ia berpotensi tak pernah mencapai status mandiri secara finansial.
Selain itu, jumlahnya di Indonesia terus menanjak. Data BPS menyebut bahwa selama lima tahun terakhir, rasio ketergantungan finansial lansia (usia 60 tahun ke atas) kepada anaknya terus meningkat. Dari 14,02 persen pada tahun 2017 menjadi 16,76 persen di tahun 2021. Jika dirata-ratakan, setiap 100 orang penduduk berusia produktif (usia 15-59) harus menanggung biaya hidup sekitar 17 penduduk lansia.
Jika berbicara lebih terbuka, generasi milenial adalah generasi pertama dalam sejarah yang belum pasti lebih makmur daripada generasi orang tua mereka, meskipun mereka adalah generasi melek teknologi. Masih ada penyebab lain, yakni rasio ketersediaan lapangan kerja ditambah ancaman resesi ekonomi. Keduanya saling berkaitan, semakin menghimpit.
Dikutip dari kantor berita ANTARA, Financial Coach and Advisor Philip Mulyana menyebut bahwa pandemik COVID-19 membuat penduduk berusia produktif kehilangan pekerjaan akibat PHK. Alhasil, anggota keluarga yang terkena layoff harus dibantu oleh kerabat atau saudara. Lingkaran "sandwich generation" pun semakin dalam. Bila ini terus berjalan, beban generasi muda makin berlipat ganda.
Masalah ini bisa semakin pelik lantaran keberadaan pinjaman online. Meski bisa bertindak sebagai bantuan dengan syarat mudah, pola hidup yang konsumtif bisa membuat perkara hutang semakin dalam. Belum lagi potensi terjerat investasi bodong lantaran iming-iming keuntungan melimpah.
Meski begitu, ada beberapa cara yang bisa ditempuh agar tidak mewariskan label "sandwich generation" ke anak. Salah satunya dengan memberi pendidikan tentang tanggung jawab finansial sejak dini, yakni memberi kebebasan terkontrol bagi anak dalam menggunakan dan merencanakan uang jajan sehari-hari. Tapi yang tak lebih penting dan efektif dalam edukasi keuangan adalah mengajarkan skala prioritas dalam belanja serta membiasakan menabung.
Lalu bagaimana dengan yang sudah telanjur terjebak menjadi "sandwich generation" dan susah lepas? Jeff Bevis, dalam tulisannya untuk Forbes, menyebut ada tiga cara untuk mengurangi tingkat stres akibat harus menanggung banyak beban.
1. Minta Bantuan
Ini yang terpenting. Mintalah anggota keluarga lain untuk membantu keuangan orang tua yang sudah lanjut usia. Jika perlu, jadwalkan kapan harus mengirim uang setelah sebelumnya koordinasi dan kesepakatan. Beri mereka pengertian bahwa kamu tak bisa menanggung semuanya sendiri.
Ini bertujuan memberi tanggung jawab secara merata ke seluruh keluarga dan membuat semua anggota keluarga merasa berkontribusi pada perawatan orang tua tersayang.
2. Berkomunikasi
Selalu minta saudara dan anggota keluarga inti kamu yang tidak tinggal serumah untuk selalu mengecek kondisi orang tua. Minta mereka menelpon atau langsung berkunjung. Ini bisa mengurangi stress sekaligus mengurangi beban emosional. Itu juga membuat orang tua merasa lebih senang karena bisa berinteraksi dengan anggota keluarga mereka yang lain.
3. Manfaatkan Waktu Bersama Orang Tua
Harus diakui, merawat orang tua tersayang adalah bentuk bakti seorang anak. Setelah tanggunan finansial mulai terbagi, kamu harus bisa menikmati luang untuk berlibur atau menekuni hobi untuk mengurangi tingkat stres. Ajak serta orang tua dalam aktivitas hiburan tersebut.
Sebagai "sandwich generation", penting untuk selalu bersabar dan memahami kondisi orang tua. Beri mereka perhatian dan waktu sebanyak mungkin, tapi kamu juga harus mampu menghidupi diri sendiri. Bantuan dari sesama anggota keluarga juga akan sangat penting, sebab ini adalah tanggung jawan bersama.
Referensi :
Bevis, J. (2020, April 22). 3 secrets for avoiding 'sandwich generation' stress. Forbes. Retrieved December 21, 2022, from https://www.forbes.com/sites/jeffbevis/2020/04/22/3-secrets-for-avoiding-sandwich-generation-stress/?sh=3d7d84457872
Nurcahyani, I. (2022, June 20). Jumlah "Sandwich Generation" Di Indonesia Kian Meningkat. Antara News. Retrieved December 21, 2022, from https://www.antaranews.com/berita/2949809/jumlah-sandwich-generation-di-indonesia-kian-meningkat
Nurcahyani, I. (2022, August 23). Kiat Putus Rantai Generasi "sandwich". Antara News. Retrieved December 21, 2022, from https://www.antaranews.com/berita/3075113/kiat-putus-rantai-generasi-sandwich