India kembali harus berjuang dengan lonjakan kasus COVID-19. Dalam sepekan terakhir, tercatat ada lebih dari 1.000 kasus baru yang tercatat dalam satu hari, padahal sebelumnya hanya berkisar 300-an kasus. Selain itu, tercatat bahwa jumlah kematian pasien yang terinfeksi COVID-19 selama 28 hari terakhir mencapai angka 437 persen.
Menurut sejumlah ahli virologi dan epidemiolog, varian baru Omicron XBB.1.16 atau yang bisa disebut Arcturus menjadi penyebab utama lonjakan kasus secara drastis di India.
"Varian baru akan terus berdatangan karena virus terus bermutasi dari waktu ke waktu dan XBB 1.16 adalah jenis baru. Ini semua dari keluarga Omicron, dengan infektivitas lebih tinggi dan virulensi lebih rendah," ungkap Srinath Reddy, mantan presiden Yayasan Kesehatan Masyarakat India, seperti dikutip dari Deutsche Welle pada Senin lalu (3/4/2023).
Selain itu, Dr. Rahul Sharma yang menjabat sebagai Direktur Pulmonologi dan Perawatan Kritis Rumah Sakit Fortis Noida mengatakan bahwa gejala pasien yang terinfeksi varian Arcturus cenderung ringan. Umumnya adalah demam, batuk, pilek, nyeri otot, sesak napas, sakit kepala dan sakit tenggorokan.
Di sisi lain, ia juga mengatakan salah satu penyebab melonjaknya angka kasus adalah rendahnya tingkat vaksinasi. Dari total 1,4 miliar penduduk di Indonesia, baru sekitar 30 persen populasi yang vaksinnya sudah lengkap ditambah dosis booster.
"Alasan umum lainnya adalah rendahnya cakupan vaksin sebagai pencegahan di antara masyarakat, yang kurang dari 30 persen," ungkap Dr. Rahul Sharma.
Kendati terjadi lonjakan kasus, dekan bagian penelitian Universitas Ashoka yakni Gautam Menon meminta masyarakat India tidak perlu khawatir. Ia menyebuh bahwa peningkatan infeksi tidak mengakibatkan peningkatan kasus yang serius.
"Gejala menunjukkan bahwa COVID-19 kemungkinan akan tetap bersama kita di masa mendatang, menyebabkan penyakit ringan secara musiman, seperti halnya virus Corona manusia lainnya yang menyebabkan sekitar 30 persen flu biasa," ujar Gautam.
Sebelumnya, Times of India mengabarkan bahwa tim investigasi dari departemen kesehatan di Negara Bagaian Maharashtra sudah menganalisis 42 pasien yang terinfeksi COVID-19 varian XBB.1.16. Ternyata, ditemukan ada 11 pasien yang terinfeksi padahal sudah mendapatkan vaksin dosis ketiga atau booster.
Ini membuktikan mereka yang sudah mendapatkan vaksinasi lengkap masih bisa terinfeksi. Tapi, dari analisis tersebut para ahli menyatakan bahwa varian tersebut tidak menyebabkan penyakit yang parah dan memicu gejala yang mirip dengan varian Omicron sebelumnya.
"Yang penting, penelitian ini tidak menemukan indikasi bahwa XBB.1.16 menyebabkan penyakit parah," ujar kepala mikrobiologi dan perwakilan dari pengurutan genom di BJ Medical College yang melakukan penelitian tersebut, Dr. Rajesh Karyakarte.