Kali ini, Sejawat for Her menyuguhkan hal baru. Kami mengajak perawat dan calon perawat untuk berbagi cerita. Mulai dari pendidikan, karier hingga pendapatnya tentang sektor kesehatan Indonesia saat ini.
Untuk edisi pertama, kami mewawancarai Monica Dewi Siregar, mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) dengan segudang prestasi. Di sini, Monica berbagi cerita tentang masa pendidikannya hingga kini sedang menjalani pendidikan profesi. Nah, dia juga membagi tips yang bisa diikuti para calon Sejawat. Yuk simak!
SfH : Sebagai pembuka, MinHer mau bertanya hal yang simpel, nih. Kak Monica memandang diri sendiri sebagai pribadi yang seperti apa sih?
"Aku memandang diriku sebagai pribadi yang pantang menyerah dan ingin berdampak bagi orang lain."
SfH : Apa yang membuat Monica memilih terjun ke dunia kesehatan sebagai perawat? Apa ada peran orang tua dari keputusan kamu?
"Dari awal aku pribadi sudah tertarik dalam bidang kesehatan, dan aku ingin menjadi tangan panjang Tuhan untuk merawat orang lain. Tidak ada campur tangan orang tua dalam keputusanku, karena orang tua lebih memberikan kebebasan kepada aku dan saudaraku yang lain untuk memilih jurusan."
SfH : Selama menempuh pendidikan, apa saja prestasi yang berhasil diraih? Atau ceritakan yang paling berkesan.
"Puji Tuhan cukup banyak prestasi yang diraih baik tingkat nasional maupun internasional. Prestasi yang paling berkesan adalah ketika meraih penghargaan Juara 1 Mahasiswa Berprestasi Keperawatan Nasional yang diselenggarakan oleh ILMIKI dalam kegiatan Indonesian Nursing Olympiad 2021 dan Mahasiswa Berprestasi Utama FIK UI 2021."
SfH : Ada tips khusus gak kak untuk menjadi Most Outstanding Nursing Student UI 2021?
1. Set and Commitment on Your Goals
Buat capaian target yang akan diraih. Misal dalam satu bulan akan mengikuti berapa competitions, tingkat nasional atau internasional, individu atau kelompok. Buat goals yang jelas dan terstruktur, lihat juga dengan kesibukan yang dimiliki. Misalnya mendekati waktu ujian apakah tetap ikut lomba atau ditahan dulu, dan lain-lain.
2. Have a Responsibility
Dalam mencapai goals yang sudah dibuat sebelumnya, penting untuk kita dapat bertanggung jawab atas diri kita sendiri. Bentuk rasa tanggung jawab tersebut adalah sikap yang disiplin, terutama disiplin waktu. Percuma kalau terlalu banyak target, tapi kita gak disiplin dalam menjalankan proses target tersebut.
3. Good Time Management and Know Your Priority
Kelola dan komitmen terhadap waktu setiap detik, menit, dan jam. Kalau aku pribadi, setiap akan melakukan suatu kegiatan aku akan berpikir 'apakah ini dampaknya untuk aku kedepannya?' Aku pribadi pun menggunakan skala prioritas sendiri dalam mengelola waktu dan kegiatan sehari-hari, misal kegiatan apa yang memiliki urgensi tinggi dan penting, urgensi tinggi dan tidak terlalu penting, penting dan urgensi tidak terlalu tinggi, tidak terlalu penting dan urgensi tidak terlalu tinggi. Aku juga menjadwalkan apa saja yang harus aku selesaikan dalam satu hari, misal latihan lomba pidato, belajar untuk ujian, dan lain-lain Menurutku keberagaman dalam time management itu gak masalah, kuncinya kembali apakah orang tersebut komitmen atau tidak.
4. Don't Limit Yourself
Jangan merasa kalah sebelum berperang. Aku pribadi percaya dimana ada kemauan, usaha, proses yang benar pasti akan membuahkan hasil yang terbaik. Terbaik gak selalu tentang meraih juara, tapi pengalaman yang didapat dari setiap kegiatan yang diikuti, mau menang atau tidak, proses belajar secara bertahap itu jauh lebih penting!
5. Love Yourself
Sayangi dan berterima kasihlah pada diri sendiri atas apa yang sudah diraih selama ini. Jaga kesehatan mental dan fisik adalah bentuk rasa sayang kita pada diri kita sendiri.
SfH : Selama menjalani kuliah, apa kesulitan/masalah tersulit/terbesar yang pernah kamu hadapi dan bagaimana cara mengatasinya?
"Dulu kesulitan yang cukup besar adalah masalah finansial dan manajemen waktu. Untuk masalah finansial, aku mencari beasiswa dan konsultasi dengan pembimbing akademisku terkait kondisiku saat itu.
Puji Tuhan, akhirnya dapat beasiswa dari UI. Lalu, terkait manajemen waktu, aku akhirnya belajar untuk dapat mem-filter kegiatan berdasarian urgensi dan kepentingannya. Selain itu, aku juga membuat target apa yang harus kukerjakan dan kuselesaikan setiap harinya."
SfH : Apa topik yang dipresentasikan dalam proses seleksi Mahasiswa berprestasi? Mengapa tertarik memilih topik tersebut?
"Topik yang aku pilih di KTI dan yang aku presentasikan itu hipertensi, karena hipertensi masih menjadi penyakit dengan angka kematian yang tinggi di dunia dan dapat memperparah kondisi penyakit penyerta lainnya. Hipertensi juga dikatakan sebagai 'the silent killer' yang akhirnya membuatku tertarik untuk mengangkat isu penyakit ini dengan gagasan yang aku buat."
(Instagram.com/monicadewis)
SfH : Jadi mahasiswa pasti pernah mengalami stres, apalagi kalau banyak aktivitas di luar perkuliahan. Kak Monica punya cara menangani stres selama kuliah yang bisa dibagikan ke Teman Sejawat?
"Take your time. Jangan memaksakan diri kalau memang merasa mental sudah lelah dan akhirnya semakin stres. Ambil waktu untuk heal yourself first, cari tahu coping mechanism diri sendiri. Kalau aku pribadi, coping mechanism aku adalah nonton film dan membaca novel atau komik detektif. Kegiatan tersebut membuat aku lebih tenang dan pikiran semakin jernih."
SfH : Oh iya, waktu Perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia kemarin, Kak Monica juga hadir di Istana Negara. Bisa cerita sedikit gak tentang momen itu? Dan gimana perasaannya ikut hadir di upacara yang sakral itu?
"Sangat bersyukur mendapatkan kesempatan bisa hadir di Istana Negara langsung. Upacara hari kemerdekaan ini pertama kali dilaksanakan secara luring kembali setelah dua tahun ditiadakan karena pandemi. Senang sekali bisa bertemu Pak Presiden Joko Widodo langsung bersama dengan jajaran para menteri lainnya.
Vibes upacara di Istana Negara benar-benar bikin terharu dan membuat aku berpikir 'apa yang bisa aku berikan untuk negara ini?' Aku akhirnya juga semakin memiliki keinginan untuk dapat berdampak bagi Indonesia, di masa depan."
(Instagram.com/monicadewis)
SfH : Oke, sekarang kita bicara tentang dunia kerja. Bisa cerita tentang proses Profesi Ners Kak Monica? Apa saja yang dilalui dan dipersiapkan? Apa ada kendala yang dihadapi?
"Masuk Profesi Ners itu jenjang setelah Sarjana Keperawatan, jadi menambah waktu pendidikan lagi 1 tahun. Awalnya dosen memberikan orientasi terkait profesi ners, sebelum masing-masing masuk ke rumah sakit, mahasiswa harus ujian terlebih dahulu, baik tertulis maupun praktik (OSCE).
Puji Tuhan aku dapat di RSCM untuk stase awal-awal yaitu KDP dan KMB. Nanti akan ke RSCM lagi untuk stase Kolab di akhir tahun. Persiapannya pasti mempelajari kembali dan bahkan lebih dalam dipelajari soal materi-materi yang didapatkan saat sarjana. Tantangan yang ada terkait manajemen waktu, laporan yang cukup banyak setiap hari, dan waktu ujian yang cukup dekat di setiap stase."
SfH : Selama menjalani Profesi Ners, bisa cerita tentang suka dukanya?
Sukanya karena memang aku tertarik dalam ilmu ini jadi bisa mempraktikkan ilmu tersebut secara langsung, melatih soft skill dan hard skill, dan pastinya bisa menerapkan caring dan compassion kepada pasien. Kalau dukanya, lebih ke cukup lelah karena memang waktu shift yang cukup lama dan jarak dari rumah ke RS yang cukup jauh.
SfH : Orang-orang sering bilang kalau teori beda banget dengan praktik. Nah, apa itu yan dirasakan juga di dunia kerja? Apa sih yang paling beda?
"Menurutku pribadi gak berbeda banget, kok. Banyak teori yang sangat relate ketika melakukan praktik langsung. Disinilah critical thinking yang perlu ditingkatkan ketika sudah mempelajari apa yang ada pada teori lalu akhirnya dipraktikkan secara langsung. Mungkin ada beberapa kondisi yang memang berbeda, tapi itu juga disesuaikan dengan situasi rumah sakit, ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi."
SfH : Saat ini, pertumbuhan jumlah perawat aktif tak sebanding dengan lapangan kerja yang tersedia. Apa Kak Monica bisa berbagi pandangan tentang fenomena tersebut?
"Sepakat, karena di RSCM sendiri yang kulihat satu perawat bisa memegang lebih dari lima pasien. Menurutku penting sekali untuk melakukan penelitian dan peninjauan kembali terkait pengaruh jumlah tenaga perawat pada kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan."
(Instagram.com/monicadewis)
SfH : Gimana sih menurut kamu partisipasi perempuan di dunia kesehatan? Apa masih ada yang perlu ditingkatkan?
"Menurutku sudah cukup banyak public figure atau role model perempuan di dunia kesehatan yang sudah well-known di masyarakat, namum memang tidak menutupi banyak juga akhirnya yang merusak citra profesi kesehatan itu sendiri.
Hal itulah yang perlu ditingkatkan, bagaimana kita dapat menyikapi permasalahan citra profesi kesehatan bagi masyarakat umum. Menurutku sangat penting untuk meningkatkan materi pendidikan Profesionalisme dan Etika Tenaga Medis/Kesehatan dalam perguruan tinggi."
SfH : Menjadi perawat berarti punya dedikasi tinggi atas tenaga dan waktu. Di sela-sela aktivitas kerja, apa Kak Monica punya hobi?
"Betul, hobiku sendiri adalah membaca novel atau komik dan menonton tokoh-tokoh yang kusukai, seperti tokoh detektif dan superhero. Hal tersebut dapat menghibur diriku ditengah kesibukanku."
SfH : Siapa saja orang yang paling berperan atas prestasi Kak Monica selama ini? Bisa sebutkan juga siapa role model-nya?
"Keluarga, pasangan, dan sahabat berperan besar dalam pencapaianku. Role model-ku sendiri adalah Florence Nightingale, yang juga membuat aku tertarik di bidang kesehatan saat membaca komik Seri Tokoh Dunia waktu SD.
Dalam konteks tak henti-hentinya untuk belajar, role model aku adalah Pak B.J. Habibie, Najwa Shihab dan pasanganku sendiri, Josua Satria Collins. Lalu dalam konteks mahasiswa berprestasi, role model aku adalah Kak Evita Martha Dewi dan Kak Shedy Maharani. Keduanya sangat berprestasi dan membuatku semangat dalam meraih pencapaianku menjadi mahasiswa berprestasi."
(Instagram.com/monicadewis)
SfH : Terakhir, apa pesan Kak Monica kepada teman-teman calon perawat yang saat ini masih menempuh pendidikan?
"Perjalanan menempuh pendidikan perawat memang sulit, namun percayalah kita yang sudah bertahan sampai ada di titik ini sudah sangat luar biasa. Percayalah pada diri sendiri. Tingkatkan profesionalisme pada diri sendiri dan lingkungan terdekat terlebih dahulu. Semoga kita dapat menjadi perawat profesional dengan kompetensi yang luar biasa di masa depan!"
Oh iya, Monica juga pernah menjadi perawat volunteer di Unit Penanganan COVID-19 pada 2021 lalu. Serta beberapa kali turun langsung mengabdi ke masyarakat lewat sejumlah lembaga pemuda dan program kampus. Keren!