Pencarian

[HER TALK] Tips Menjadi Caregiver di Jepang ala Restu Elma Hakiki

post-title

Seiring waktu, Jepang jadi tujuan perawat Indonesia untuk bekerja. Peluangnya juga kian besar. Kali ini, Elma Hakiki akan berbagi ceritanya ke MinHer tentang segala suka-duka bekerja di Negeri Matahari Terbit selama 7 tahun terakhir. Perempuan kelahiran Magelang, Jawa Tengah ini juga punya beberapa tips untuk kamu yang berminat merantau ke sana. Yuk simak!

SfH : Pernah kepikiran gak bakal kerja di Jepang?

Gak pernah kepikiran sama sekali. Waktu mau pergi ke Jepang pun niatnya bukan kerja tapi sekolah.

SfH : Bisa cerita awal bisa kerja di Jepang, kak?

Jadi dulu sebenernya udah masuk universitas di Fakultas Keperawatan, cuma berhenti di tengah jalan karna masalah biaya. nah, dari situ malah orang tua yang menyarankan untuk ikut program studi lanjut bahasa Jepang di Jepang lewat LPK (sebuah program studi, red.) yang kebetulan punya tetangga.

Jadi, setelah konsultasi dan tanya-tanya, akhirnya tertarik. Dari situ ikut studi bahasa Jepang dulu selama 6 bulan sambil mengurus studi lanjutnya ke Jepang. Akhirnya belajar lah selama 2 tahaun, tapi dengan biaya sendiri. Jadi sekolah sambil kerja part time gitu.

Nah, setelah lulus studi bahasa Jepang kita bebas memilih mau lanjut sekolah d imana atau mau langsung bekerja. Dan sudah bebas, gak ada tanggung jawab LPK lagi. Terus aku ambil lagi sekolah college 2 tahun dengan 2 beasiswa sekaliguss, beasiswa dari pemerintah Tokyo sama beasiswa langsung dari sekolah

Alhamdulillah banget. Waktu college juga sambil part time sih.


(Instagram.com/elma_hakiki)

SfH : MinHer sempat nanya-nanya juga sama Teman Sejawat yang berminat kerja di luar negeri. Tapi banyak yang terhalang izin orang tua. Kalau Kak Elma sendiri kendalanya di mana?

Kendalanya mungkin cuma di biaya saja.

SfH : Soal biaya. Kak Elma 'kan sambil part time di awal-awal studi. Itu cara bagi waktunya gimana, kak?

Kalau di Jepang, untuk pelajar gak boleh part time lebih dari 28 jam per minggu. Dulu sebelum ada beasiswa sih gila-gilaan kerjanya. Sampai bela-belain gak tidur karena ambil shift malam tapi paginya sekolah. Pulang sekolah part time lagi. Perjuangan banget untuk awal-awal, sampai ada 3 tempat part time "dihajar" semua.

Tapi, setelah dapat beasiswa, alhmdulillah lebih efisien waktunya. Misal sekolah dari jam 9 pagi sampai jam 4 atau 5 sore. Nanti pulangnya langsung pergi part time gitu. Tapi kadang kalau ada praktek lapangan di luar jadinya gak bisa part time.

SfH : Ada shock culture gak, kak? Atau pernah kepikiran untuk balik ke Indonesia juga?

Shock culture sih semua orang yang pertama kali ke sini pasti ada. Dari cari makanan yang halal susah, mau ke mana-mana salat masjid juga jarang, gak ada azan pula.

Musimnya juga ada empat, apalagi pas dingin agak kaget. (tertawa) Kalau kepikiran balik ke Indonesia itu waktu dulu sekolah karena adaptasinya berat banget.

Tapi setelah sekolah college lebih terasa ringan pikirannya untuk biaya, dan masa depan untuk bekerja sebagai care giver di Jepang itu terjamin. Jadi mantap saja mau lanjut kerja di Jepang. Pulang ke Indonesia juga gak tau mau ngapain, pas banget pandemi COVID-19 juga pasti susah cari kerja.

Di Jepang, untuk tenaga kesehatan juga sangat sangat dibutuhkan. Jadi sampai sekarang pun masih pengen lanjut terus sih, selama masih bisa di sini.

(Instagram.com/elma_hakiki)

SfH : Selama bekerja di Jepang, pernah balik ke Indonesia gak?

Kebetulan dalam 7 tahun ini, baru pulang dua kali. (tertawa)

SfH : Sampai di Jepang, apa hal yang harus diperhatikan secara umum, kak? Apa hal yang boleh dan gak boleh?

Pastinya harus mematuhi peraturan yang ada di Jepang dan memahami perbedaan budaya nya. Contohnya:

- Jangan memotong antrean alias budayakan antre;

- Lihat situasi sekitar saat mengambil foto. Tidak diperbolehkan ambil foto tanpa izin karna dianggap tidak menjaga privasi orang lain;

- Bersikap sopan saat mengunjungi tempat suci dan kuil;

- Tidak diperkenankan mengangkat telepon di dalam kereta, karena akan mengganggu kenyamanan penumpang lain;

- Membuang sampah pada tempatnya sesuai kelompok sampah masing-masing. Semua sampah harus dipilah secara teliti dan dibuang pada hari-hari tertentu. Terkadang jenis kantong sampahnya pun ditentukan oleh pemerintah daerah.

SfH : Apa ada rencana untuk lanjut pendidikan lagi, kak?

Pengen banget! Lagi cari-cari info beasiswa untuk pendidikan perawat (kangoshi). Misalkan memang ada kesempatan, setelah 5 tahun kontrak kerja selesai, pengen sekolah lagi. Tapi, kalau bisa sih kerja sambil sekolah.

SfH : Boleh diceritain gak cara yang dilakukan sampai akhirnya dapat beasiswa?

Sebelum lulus sekolah bahasa Jepang, kita bebas memilih lanjut sekolah apa dan di mana. Kebetulan aku dapat 2 beasiswa, alhamdulillahPertama, beasiswa dari pemerintah daerah Tokyo. Ini berlaku untuk semua siswa, yang penting memenuhi syarat.

Untuk yang beasiswa dari Tokyo, awalnya search di website tentang sekolah kaigo yang ada scholarship support-nya. Setelah itu sempat observasi ke beberapa sekolah juga, tanya-tanya tentang sistem pengajaran dan lain-lain secara detail.

Saat konsultasi tentang beasiswa, kita dijelaskan programnya dan butuh penanggung jawab dari perusahaan atau dari orang Jepang yang bisa dipercaya pastinya.

Kita tinggal menyiapkan berkas pribadi yang lumayan banyak dan berkas dari penanggung jawab, baru penyerahan ke sekolah. Setelah itu, mereka yang bantu prosesnya untuk disetujui. Kalau semua memenuhi syarat dan dinyatakan lolos, nanti tinggal bikin kontrak saja, terus biaya sekolahnya akan dikirim ke rekening kita masing-masing saat tiba waktunya pembayaran sekolah dan full biaya pendidikan.

Kedua, beasiswa dari sekolah yang bekerja sama dengan perusahaan. Hanya 10 siswa yang dipilih untuk daftar. Untuk beasiswa ini prosesnya hampir sama dgn beasiswa dari Tokyo. Hanya saja per bulannya kita dapet tunjangan sebanyak ¥40000/bulan.

Sebenarnya untuk pendidikan caregiver (kaigo) sendiri ada banyak beasiswa dari berbagai daerah. Tinggal kita pintar-pintarnya saja cari info yang banyak.

(Instagram.com/elma_hakiki)

Untuk beasiswa dari Tokyo, sebelum masuk sekolah kita akan diperkenalkan tentang beasiswa itu sendiri. Sedangkan yang dari sekolah nanti akan diinfokan setelah kita sudah masuk dan menjadi siswa di sekolah tersebut.

Mungkin ada tips sedikit, harus sering-serting minta info dan dekat sama orang-orang kantor yang ada dissekolah, terutama yang paham tentang sistem beasiswa. Siapa tahu nanti kita akan dipilih karna mereka akan memilih siswa yang benar-benar mempunyai jiwa semangat yang tinggi. Ini menurut pengalaman, ya. (tertawa)

Namun, untuk kedua beasiswa itu, ada syarat yang harus dipenuhi. Yaitu setelah lulus sekolah kita diwajibkan untuk bekerja sebagai caregiver (kaigo) selama 5 tahun di daerah yang memberikan beasiswa. Misalnya dapet dari pemerintah daerah Tokyo, kita harus bekerja di daerah Tokyo dan tidak boleh di daerah lain. Setelah 5 tahun, kita bisa bebas mau perpanjang visa lagi untuk bekerja caregiver, mau balik ke Indonesia, atau mau sekolah lagi.

Tapi kalau belum 5 tahun sudah berhenti dari pekerjaan caregiver, kita diwajibkan mengembalikan uang beasiswa full atau setengah. Tergantung masa kerjanya dan ketentuan lain.

SfH : Buat teman-teman yang ingin bekerja di luar negeri, apa aja sih yang harus dipersiapkan?

Ini ada beberapa hal, ya. Pastinya selain uang (tertawa) :

- Siap mental. Siap menghadapi kehidupan di Jepang dari segi perbedaan budaya, dan siap jauh dari keluarga.

Mungkin untuk yang baru pertama kali jauh dari keluarga, ada yang akan merasa homesick. Tapi cara untuk mengatasinya dengan mengingat kembali alasan kita datang ke Jepang untuk apa. Itu bisa menjadi salah satu penyemangat untuk diri sendiri.

Sekarang udah canggih, kalau kangen rumah tinggal video call. Awalnya mungkin memang terasa berat, tapi setelah terbiasa dengan kehidupan di Jepang, hidup menjadi sangat menyenangkan meskipun ada saja yang bikin gak kuat dan pengen pulang.

- Bahasa Jepang harus lebih ditingkatkan, setidaknya memahami percakapan sehari hari. Karena bahasa adalah salah satu kendala utama untuk bersosialisasi dengan masyarakat Jepang. Waktu bekerja atau dalam kehidupan sehari hari.

Setelah sampai di Jepang, sebaiknya belajar bahasa dan budayanya dengan serius. Pada awalnya mungkin akan terasa sulit, tetapi jika kita bisa berkomunikasi dengan baik, kehidupan di Jepang tidak seberat yang dibayangkan.

- Belajar disiplin waktu itu penting. Jepang adalah negara yang memiliki banyak peraturan. Oleh karena itu, ada baiknya jika mengumpulkan informasi sebelum pergi ke Jepang dan mempelajarinya satu per satu.

Sedikit tambahan. Refreshing itu penting banget! Jadi saat sampai di Jepang, waktu hari libur bermainlah sepuasnya seperti menonton film, atau melihat keindahan bunga sakura, karaoke sendiri, jalan-jalan sendiri juga asik loh. Yang penting harus me-refresh otak dan menikmatinya supaya gak stres! Apalagi di Jepang ada 4 musim yang setiap tahunnya selalu ditunggu-tunggu.

Untuk hal lain bisa dilakukan setelah smpai di Jepang. Seiring berjalannya waktu, kita sedikit demi sedikit akan mengerti dan sedikit terbiasa, meskipun awalnya akan benar-benar terasa berat banget. Tapi harus tetap semangat!

SfH : Kak Elma bekerja sebagai perawat sudah berapa lama? Dan sebagai perawat apa?

Sudah bekerja 2,5 tahun sebagai caregiver (kaigoshi) atau perawat lansia dan disabilitas. Saya bekerja di perusahaan home visit care --khusus pasien disabilitas tingkat tertinggi-- contohnya pasien ALS atau Amyotrophic Lateral Sclerosis, celebral palsy, dan masing banyak lagi.

SfH : Apa cerita paling menarik/berkesan selama Kak Elma bekerja. Yang gak bisa dilupakan mungkin?

Apa ya? (tertawa) Kalau waktu bekerja mungkin yang paling berkesan adalah saat belajar berkomunikasi dengan pasien ALS lewat mata dengan menggunakan papan huruf Jepang. Itu adalah pengalaman yang mungkin tidak bisa didapat ditempat lain seperti di Indonesia.

Meskipun pasien sudah tidak bisa bergerak, dan tidak bisa berbicara secara langsung karena dipasang alat bantu pernapasan di leher secara permanen, tetapi tetap bisa berkomunikasi meskipun hanya lewat kedipan mata.

SfH : Kalau dibuat list, apa 3 hal yang enak dan gak enak kerja sebagai perawat di Jepang?

Hal yang enak :

- Gaji lebih besar dibanding di Indonesia, meskipun di Jepang masih tergolong rendah;

- Mendapat jatah cuti setiap tahunnya sekitar 12 hari;

- Jika mempunyai sertifikat kaigofukushishi akan mendapat sedikit tambahan gaji (tergantung kebijakan perusahaan) dan dapat memperpanjang masa kerja sesuai keinginan dan tanpa batas waktu.

Hal yang gak enak :

- Stres badan dan pikiran;

- Tetap bekerja meskipun hari libur (karna sistem shift) dan susah minta libur kalau tidak dari jauh-jauh hari;

- Waktu salat tidak bisa tepat waktu;

Mungkin semua perawat di berbagai tempat sama aja kalau secara umum. Tapi ada perbandingan jobdesk caregiver di home visit care dan homecare/panti/Rumah Sakit, yaitu :

- Homevisit dalam sehari selalu pindah-pindah tempat ke rumah pasien apalagi kalau lagi musim panas dan dingin/salju, terasa sangat berat;

- Kalau di homecare/panti/RS, mereka bekerja sebagai tim karena pasien yang banyak. Tapi kalau ada kesulitan bisa saling membantu dan langsung bisa memberikan laporan. Kalau di homevisit kita hanya menangani satu pasien, tetapi kita bekerja sendiri. Jadi mau tidak mau kita harus melakukan semuanya sendiri. Kecuali kita benar-benar kesulitan dan mungkin akan berakibat fatal terhadap pasien, kita bisa menghubungi keluarga atau perawat (kangoshi) atau dokter yang menangani pasien tersebut.

- Untuk ambil libur, mungkin panti/Rumah Sakit lebih mudah karena semua bisa menangani pasien tersebut. Kalau di homevisit agak lumayan susah untuk ambil libur, karena tidak semua caregiver bisa merawat pasien tersebut sebelum ada persetujuan keluarga dan dokter yang menangani, dan harus mempunyai sertifikat untuk pasien tertentu. Jadi, jika ingin libur harus mengajukan libur beberapa bulan sebelumnya untuk mencari pengganti.

SfH : Bagaimana dengan rekan kerja atau teman sesama orang Indonesia di sana, kak?

Kebetulan di tempat saya bekerja hanya saya yang orang asing, jadi sedikit kesepian. Karena di homevisit semua harus dikerjakan sendiri (merawat orang Jepang) jadi untuk pekerja atau pemagang baru yang bahasa Jepang-nya belum terlalu lancar akan sulit untuk masuk di homevisit, kecuali yang sudah agak lama tinggal di Jepang.

Tapi dengan itu, saya jadi bisa lebih memperlancar komunikasi bahasa Jepang maupun menulis kanji. Karena mau tidak mau kita dipaksa untuk buat laporan dan lain-lain menggunakan bahasa Jepang tanpa ada orang Indonesia yang bekerja di perusahaan saya bekerja.

Tetapi ada banyak juga kenalan dan teman-teman yang bekerja di homecare/panti/RS. Kita tetap berhubungan baik, dan saling memantu, bisa saling cerita. Meskipun bukan satu perusahaan, kami bisa menjadi akrab seperti keluarga. Karena hanya mereka yang ada di dekat kita aan tahu keadaan kita di Jepang, dan sama-sama sedang berjuang di negeri orang. Kita saling menyemangati satu sama lain. Alhamdulillah.

(Instagram.com/elma_hakiki)

SfH : Ada pertanyaan tambahan sekaligus penutup. Apa hal yang didapat setelah bekerja di Jepang?

- Belajar tentang pentingnya komunikasi dengan baik, memilih kata-kata yang tidak menyakiti perasaan orang lain;

- Kita bisa menguasai bahasa Jepang dengan lebih baik serta mengerti tentang keperawatan Jepang;

- Bisa belajar untuk mematuhi peraturan, menjadi lebih disiplin waktu serta mengerjakan pekerjaan sepenuh hati. Saya jadi sangat strict dengan waktu, jadi harus menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya;

- Jepang adalah negara maju. Jadi banyak sekali pengetahuan yang didapat seperti pengetahuan baru dari segi teknologi, budaya, iklim, dan sebagainya. Jadi tidak ketinggalan zaman;

- Saya jadi bisa mengambil keputusan dengan bijak dalam menghadapi situasi apapun. Tidak sembrono dan seenaknya karena sudah dipikirkan dengan sebaik-baiknya;

- Lebih mengerti bagaimana perjuangan dan proses untuk menjadi apa yang kita inginkan sesuai tujuan kita masing-masing. Jadi lebih bersyukur, deh!

Nah, itu tadi beberapa cerita yang dibagikan oleh Restu Elma Hakiki selama bekerja di Jepang. Yang penting, kita semua tidak boleh gampang menyerah untuk wujudkan mimpi!

Twitter