Sejumlah data pemerintah menyebut bahwa jumlah perawat di Indonesia kian tak seimbang dengan rasio penerimaan dan ketersediaan lapangan kerja. Menurut Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia (KTKI), terdapat 633.025 dengan STR aktif pada tahun 2020. Mereka pun menaksir bahwa jumlahnya pada 2025 secara kumulatif akan mencapai 696.217 orang.
Sedangkan, rata-rata jumlah perawat yang lulus pendidikan adalah 43 ribu orang. Tentu saja ini berarti masalah besar mengingat ketatnya seleksi untuk masuk sebagai pegawai di fasilitas kesehatan. Jadi secara singkat, tenaga perawat aktif semakin banyak tapi lowongan sangat sedikit.
Masalah ini sendiri sudah mencuat pada tahun 2012 silam. Saat itu, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Timur menyebut ada 12 ribu perawat yang menganggur di wilayahnya. Dari jumlah sebanyak itu, yang mendapat pekerjaan kurang dari 10 persen. Sedangkan yang terserap sebagai aparatur sipil negara (ASN) tidak sampai 1 persen.
Penyebab tingginya angka pengangguran ini disinyalir akibat menjamurnya sekolah keperawatan yang ternyata tidak diiringi dengan mutu lulusannya. Pendidikan keperawatan disebut lebih banyak berorientasi bisnis. Alhasil banyak yang disebut asal meluluskan tanpa mempertimbangkan kualitas lulusan.
Memang sudah satu dekade berlalu sejak data di aatas dijabarkan, tapi masalah perawat jobless masih menjadi fokus Kementerian Kesehatan hingga detik ini. Beberapa cara sudah ditempuh oleh pemerintah untuk mengatasi problem tersebut.
Membuka Praktik Keperawatan Mandiri
UU Keperawatan Tahun 2018 membuka jalan bagi perawat untuk meningkatkan taraf hidup. Mereka kini bisa mendirikan praktik keperawatan mandiri yang memberi asuhan keperawatan pada orang-orang yang membutuhkan. Termasuk pula menyelenggarakan penyuluhan dan konseling bagi klien.
Namun, perawat harus memenuhi banyak persyaratan sebelum akhirnya membuka praktik keperawatan mandiri. Mulai dari bangunan, fasilitas, berkas dan masih banyak lagi. Meski begitu, sejak aturan pelaksanaannya sudah diterbitkan sejak 2019, Kemenkes belum memiliki data pasti terkait jumlah praktik keperawatan mandiri yang sedang beroperasi di seluruh Indonesia.
Kendati demikian, antusiasme para perawat untuk ikut terjun langsung dalam bidang ini terbilang tinggi, seiring perubahan pola pikir dari pekerja menjadi pemilik usaha (nursepreneur),
Ketahui lebih jauh tentang cara mendirikan praktik keperawatan mandiri bersama akademisi melalui video webinar kami, "Step by Step Membangun Praktik Keperawatan Mandiri."
Homecare dan Home Visit
Layanan home visit atau homecare dipilih oleh para pasien yang tak bisa meninggalkan rumah. Selain itu, tenaga kesehatan bisa memperluas jangkauan pelayanan kesehatan. Jasa penyedia homecare pun sedang berkembang pesat di kota-kota besar. Mulai dari Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, Balikpapan hingga Palembang.
Lembaga penyedia homecare/home visit ini jadi tujuan baru lulusan keperawatan untuk menerapkan ilmu dan berkarier, selain di fasilitas kesehatan lainnya. Selain membantu meringankan biaya rawat inap pasien, gaji sebagai perawat homecare/home visit ini terbilang cukup tinggi, bahkan mencapai UMR di sejumlah provinsi.
Bekerja di Luar Negeri
Pemerintah Indonesia sudah menjalin kerja sama dengan sejumlah negara (Government to Government) sebagai penyuplai perawat. Ini tak lepas dari situasi kelangkaan perawat yang sedang terjadi di dunia. Beberapa negara yang jadi tujuan antara lain Jepang, Taiwan, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Jerman dan Belanda.
Menurut data Kemenkes, permintaan perawat dan pengasuh meningkat menjadi 80.000 hanya dalam periode 2010 hingga 2020. Tapi, meskipun permintaannya tinggi, hanya 5% yang terpenuhi.
Berdasarkan data lain, antara tahun 2013 hingga 2018, Indonesia cuma mengirim 3.438 perawat ke negara-negara yang disebutkan tadi. Ini tak lepas dari ketatnya persyaratan yang diberlakukan oleh masing-masing negara, dengan perhatian lebih pada kualifikasi dan kualitas para pelamar.
Meski begitu, terlepas dari persyaratan yang ketat, para perawat tetap antusias mengikuti seleksi program ini atas beberapa alasan. Mulai dari gaji tinggi, memperluas koneksi hingga pengalaman berharga.
Nah, apa kamu tertarik dengan prospek karier lain bagi para perawat?