Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr. Mohammad Syahril, kembali mengumumkan terjadi penambahan kasus COVID-19 sub varian Arcturus atau XBB 1.16 pada Senin kemarin (17/4/2022), atau hanya beberapa hari jelang masa libur Lebaran.
Terdapat 5 kasus tambahan sub varian Arcturus di Indonesia yang diumumkan, sehingga totalnya kini sudah mencapai 7 kasus. Semuanya berada di kota besar Pulau Jawa.
"Semua pasien sudah sembuh, ada 5 kasus. Ada 2 dari Surabaya 3 ada di Jakarta. Alhamdulillah semuanya membaik dengan gejala yang ringan," ujar dr. Syahril seperti dilansir oleh laman resmi Kemenkes.
Sejak diumumkan sudah masuk ke Indonesia pada Jumat pekan lalu (14/7/2023), sub varian Arcturus masih dalam status under monitoring dan tidak termasuk variant of concern atau varian COVID-19 yang mengkhawatirkan.
Lebh jauh, dr. Syahril menjelaskan bahwa sub varian Arcturus membuat angka kasus melonjak di 29 negara yang sudah melaporkannya. Beberapa negara dengan kasus terbanyak antara lain India, Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia, Thailand dan Australia.
"Ini (sub varian Arcturus) asal mulanya dari India itu sangat banyak. Untuk Indonesia kalau kita melihat dalam satu minggu terakhir ada memang kenaikan kasus dan sudah ditemukan dua kasus di awal pada tanggal 5 April, dan hari ini kita umumkan ditambah 5 jadi 7 kasus," ungkap dr. Syahril.
Meskipun terjadi kenaikan kasus, angka kematian masih belum melebihi batas yang disyaratkan oleh WHO yaitu saat di bawah 1/100.000 penduduk. Kemudian pasien yang dirawat masih belum di atas 5/100.000 penduduk.
"Jadi ini parameter-parameter walaupun terjadi kenaikan tapi masih menunjukkan angka-angka di bawah standar WHO itu masih stabil. Ini menjadi catatan kita semua sebagaimana peringatan WHO bahwasanya pandemi masih ada dan kemungkinan akan terjadi kenaikan kasus karena sumber varian baru," jelas dr. Syahril.
Meski begitu, ia mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada. Gejala dari sub varian baru ini hampir sama dengan gejala COVID-19 sebelumnya. Seperti batuk, flu, demam, dan nyeri tenggorokan. Tapi, sejumlah negara turut melaporkan bahwa gejala khas yakni mata kemerahan atau konjungtivitas dan ada kotoran.
Masyarakat kini diimbau untuk mengenakan masker, dan sangat dianjurkan pada orang-orang yang merasa sakit seperti batuk dan flu. Masker juga sangat direkomendasikan untuk mereka yang harus berdekatan dengan orang-orang yang sedang sakit.