Penambahan kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) terus dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan. Dalam data terbaru pada Senin kemarin (31/10/2022), angkanya sudah menyentuh 304, dengan 99 pasien (33 persen) dinyatakan sembuh.
Hingga saat ini, masih ada 65 pasien GGAPA yang masih dalam perawatan intensif. Dengan angka kasus meninggal sudah mencapai 153 kasus, atau mencapai 51 persen dari keseluruhan kasus hingga saat ini. Meski begitu, jumlah pasien yang sembuh disebut mengalami peningkatan signifikan ketimbang pekan sebelumnya.
"Terjadi kenaikan signifikan selama satu minggu ini. Dari sebelumnya 20% naik menjadi 33% pasien yang dinyatakan sembuh," papar Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr. Muhammad Syahril, dalam sesi konferensi pers daring di kanal YouTube resmi Kemenkes RI.
Masih dalam data yang sama, anak-anak yang berusia 1-5 tahun jadi kelompok yang paling banyak terkena GGAPA ini, yakni 173 kasus. Sedangkan tujuh provinsi dengan kasus terbanyak adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Aceh, Jawa Timur, Sumatera Barat, Banten, dan Bali.
Kendati demikian, Kemenkes menyebut rata-rata kasus GGAPA pada anak sudah mengalami penurunan, termasuk jumlah kematian per pekannya. Menurut dr. Syahril, ini terjadi setelah pihaknya menerbitkan Surat Edaran terkait pelarangan pembelian dan transaksi jual-beli obat parasetamol dalam bentuk sirop.
Hasil investigasi Kemenkes serta Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sendiri sudah diumumkan pada 25 Oktober silam. Mereka menyebut bahwa dalam hasil biopsi pasien yang meninggal akibat gagal ginjal akut, ditemukan bukti bahwa senyawa pelarut etilen glikol merusak fungsi ginjal mereka.
Pihak Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga sudah mengumumkan empat merk obat sirop yang mengandung senyawa etilen glikol dan dietilen glikol melebihi ambang batas yang diizinkan atau Tolerable Daily Intake (TDI). Totalnya sudah mencapai tujuh merk.
Di sisi lain, pemerintah terus mendatangkan vial obat Antidotum (penawar) Fomepizole injeksi untuk para pasien gagal ginjal akut akibat mengonsumsi etilen glikol. Sudah datang lebih dulu pada Sabtu dini hari silam (29/10/2022) adalah 200 vial Fomepizole dari Jepang, yang merupakan donasi dari PT Takeda Indonesia.
Pemerintah dan Kemenkes sendiri masih akan mendatangkan injeksi dari sejumlah negara yakni Singapura, Australia dan Kanada.
"Sebanyak 146 vial sudah disebarkan ke 17 rumah sakit di 11 provinsi, sementara 100 vial disimpans ebagai stok di instalasi farmasi pusat," jelas dr. Syahril.
Ke-17 Rumah Sakit yang sudah mendapatkan vial Fomepizole tersebut adalah ;
- RSUD Zainoel Abidin Aceh;
- RSUP Prof Dr. I.G.N.G. Ngoerah, Bali;
- RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta;
- RSAB Harapan Kita, RSUP Fatmawati, dan RSCM Jakarta;
- RSUP Hasan Sadikin, RSUD Dr. Hafiz dan RSU Hermina Mekarsari, Jawa Barat;
- RSUD Bangli dan RSUD Dr. Saiful Anwar, Jawa Timur;
- RSUD Dr. Soedarso Pontianak, Kalimantan Barat;
- RSUD Kuala Pembuang, Kalimantan Tengah;
- RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Sulawesi Selatan;
- RSUP Dr. M Djamil, Sumatera Barat;
- RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, Sumatera Selatan; dan
- RSUP H. Adam Malik, Sumatera Utara.
Upaya lain yang ditempuh Kemenkes adalah menerbitkan petunjuk penggunaan obat sirop kepada anak dalam rangka pencegahan peningkatan kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) No. HK.02.02/III/3515/2022 pada 24 Oktober 2022 lalu. Ini ditujukan kepada seluruh dinas kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan organisasi profesi kesehatan.
Dan terbaru pada 26 Oktober 2022, Kemeneks melakukan pembaruan Keputusan Dirjen Yankes tentang Tata laksana Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal Pada Anak di Rumah Sakit No. HK.02.02/III/3542/2022, dengan menambahkan tatalaksana pemberian Fomepizole.
Menutup konferensi pers, dr. Syahril menekankan bahwa dukungan seluruh pihak juga sangat menentukan keberhasilan penanganan GGAPA di Indonesia.
"Diharapkan semua pihak untuk dapat bersinergi dan berkolaborasi untuk menyelamatkan nyawa anak Indonesia sebagai prioritas utama. Tujuan kita adalah demi kesehatan masa depan anak anak kita," pungkasnya.