Jajanan ice smoke atau ciki ngebul memang digemari anak-anak karena keunikannya. Saat dikonsumsi, ciki ngebul bisa mengeluarkan asap yang berasal dari nitrogen cair (liquid nitrogen) yakni nitrogen yang berada dalam keadaan cair pada suhu yang sangat rendah.
Cairan nitrogen sendiri bersifat jernih, tidak berwarna dan tidak berbau sehingga tidak mengubah rasa jika digunakan untuk makanan. Sensasi asap tebal dalam mulut saat es dikonsumsi membuat ciki ngebul banyak menarik perhatian sekaligus digemari masyarakat, utamanya anak-anak.
Namun, jika diolah secara kurang baik atau digunakan secara berlebihan, makanan tersebut bisa berujung pada kasus keracunan. Dan hal tersebut sedang terjadi di Indonesia selama beberapa pekan terakhir.
Sudah ada 10 kasus keracunan nitrogen cair yang dilaporkan, dan semuanya adalah anak-anak yang masih duduk di bangku SD.
Salah satunya yakni pada 21 Desember silam, saat UGD Rumah Sakit Haji Jakarta menerima pasien anak laki-laki berumur 4 tahun yang datang dengan keluhan nyeri perut hebat setelah mengonsumsi ciki ngebul. Tak cuma di Jakarta, laporan serupa juga datang dari Jawa Barat.
Yang terbaru, Kemenkes mendapat laporan dari Dinas Kesehatan Jawa Timur perihal kasus keracunan ciki ngebul pada Kamis (12/1/2023).
Melihat jumlah kasusnya yang terus meningkat, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta semua pihak meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya konsumsi jajanan ciki ngebul.
Imbauan tersebut disampaikan dalam Surat Edaran Nomor KL.02.02/C/90/2023 tentang Pengawasan Terhadap Penggunaan Nitrogen Cair Pada Produk Pangan Siap Saji, yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maxi Rein Rondonuwu pada 6 Januari 2023.
"Surat Edaran ini dimaksudkan sebagai upaya pencegahan dan peningkatan kewaspadaan pada penggunaan nitrogen cair pada pangan siap saji untuk mencegah terjadinya keracunan pangan," ungkap Dirjen Maxi seperti dilansir situs resmi Kemenkes, Kamis (12/1/2023).
Dalam SE tersebut, dijelaskan bahwa penggunaan dan penambahan nitrogen cair pada makanan pangan siap saji yang berlebihan dan dikonsumsi jangka panjang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius.
Mulai dari radang dingin, luka bakar (cold burn) pada jaringan kulit, tenggorokan terasa seperti terbakar, bahkan dapat terjadi kerusakan internal organ. Hal ini disebabkan oleh suhu yang teramat dingin dan langsung bersentuhan dengan organ tubuh dalam waktu yang panjang.
Selain itu, menghirup uap asap nitrogen dalam jangka waktu yang lama juga dapat menyebabkan kesulitan bernafas yang cukup parah.
"Nitrogen cair ternyata tidak hanya berbahaya bila dikonsumsi, uap asap nitrogen yang dihirup dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kesulitan bernafas yang cukup parah," terang Dirjen Maxi.
Untuk mengantisipasi meningkatnya kasus keracunan ciki ngebul, Kemenkes sudah menginstruksikan pemerintah daerah, Dinas Kesehatan, Puskesmas serta Kantor Kesehatan Pelabuhan untuk menggencarkan edukasi tentang penggunaan nitrogen cair pada jajanan serta mengawasi peredaran zat kimia tersebut di wilayah kerja masing-masing.
Edukasi tersebut menyasar masyarakat, pihak sekolah (terutama Sekolah Dasar) dan juga anak-anak. Selain itu, restoran yang memakai nitrogen cair dalam salah satu menunya diminta menyertakan informasi konsumsi yang aman pada konsumen.
"Memberikan edukasi kepada pelaku usaha dan pihak-pihak terkait terhadap bahaya nitrogen cair terhadap pangan siap saji. Selain itu, edukasi juga harus diberikan kepada sekolah-sekolah, anak-anak dan masyarakat terhadap bahaya nitrogen cair pada pangan siap saji," papar Dirjen Maxi.
Di sisi lain, Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) seperti lapakan keliling direkomendasikan untuk tidak menggunakan nitrogen cair pada makanan atau penganan yang dijajakan. Pihak Rumah Sakit pun sudah diminta untuk melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat jika kasus keracunan ciki ngebul mengalami peningkatan signifikan.
Direktur Penyehatan Lingkungan (PL) Kemenkes, dr. Anas Ma'ruf, menduga meningkatkan laporan keracunan nitrogen cair akibat meluasnya penjualan ciki ngebul.
"Ini baru terjadi di tahun 2022. Ada beberapa hal yang menjadi diskusi kami, karena memang saat ini penggunaan nitrogen cair pada pangan jajanan itu mulai meluas," katanya dalam sesi konferensi pers secara daring pada Kamis (12/1/2023).
"Kalau dulu, awal-awal hanya dijajakan di tempat-tempat tertentu seperti mal besar dan sebagainya. Tapi saat ini sudah meluas ke UMKM atau pedagang kecil yang juga bisa menyajikan ciki ngebul ini," sambung dr. Anas.