Menurunkan angka kematian ibu adalah salah satu agenda utama SDGs (Sustainable Development Goals), sebuah rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, untuk mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
Salah satu agenda utamanya yakni menurunkan angka kematian ibu dan kematian balita. Pemeriksaan antenatal yang berkualitas dan teratur selama kehamilan akan menentukan status kesehatan ibu hamil dan bayi yang dilahirkan.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Angka Kematian Ibu (AKI) secara nasional masih pada kisaran 305 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH). Ini masih jauh dari target yang ditentukan yakni 183 per 100.000 KH di tahun 2024.
Target kematian ibu dan anak dilakukan melalui intervensi spesifik yang dilakukan saat dan sebelum kelahiran.
Kemenkes sudah menetapkan bahwa pemeriksaan ibu hamil atau antenatal care (ANC) dilakukan minimal sebanyak 6 kali selama 9 bulan sebagai bentuk komitmen untuk penyediaan layanan esensial bagi ibu hamil.
Untuk mendukung aktivitas ini, Kemenkes sedang dalam proses menyediakan USG di seluruh provinsi di Indonesia. Sebelumnya pemeriksaan USG hanya dapat dilakukan di Rumah Sakit atau Klinik, saat ini ibu hamil sudah dapat melakukan pemeriksaan di Puskesmas.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan dalam 6 kali pemeriksaan ibu hamil tersebut, dua kali di antaranya harus diperiksa oleh dokter dan di USG.
"Nantinya akan terlihat dan terdeteksi lebih cepat pada saat hamil apabila ada kelainan dan risiko komplikasi persalinan yang mungkin terjadi," ujarnya seperti dilansir oleh situs resmi Kemenkes pada hari Minggu lalu (15/1/2023).
Kebutuhan USG di seluruh Puskesmas di Indonesia sendiri dipenuhi secara bertahap. Pada tahun 2022, sudah ada 66,7% atau 6.886 Puskesmas yang sudah tersedia USG serta pelatihan dokter di Puskesmas yang sudah terpenuhi mencapai 42% atau 4.392 Puskesmas.
Tahun ini sendiri ditargetkan ada 1.943 Puskesmas yang mendapat USG tahun ini, ditambah 1.492 pada tahun depan. Pelatihan dokter untuk penggunaan USG pun tetap dilanjutkan pada tahun ini.
Menurut Kemenkes, pemeriksaan USG ini perlu didukung dengan penguatan kolaborasi layanan ANC antara bidan, dokter umum dan dokter spesialis kebidanan serta jejaring PONED dan PONEK.
Selain itu, program lain juga dicanangkan oleh Kemenkes yakni Gerakan Ibu Hamil Sehat. Sebanyak 48,9% ibu hamil mengalami anemia, sebanyak 17,3% ibu hamil mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK), dan 28% ibu hamil memiliki risiko komplikasi persalinan yang dapat menyebabkan kematian.
"Intervensi spesifik dilakukan melalui ibu hamil mendapatkan Tablet tambah Darah selama kehamilan, ibu hamil mengonsumsi makanan sesuai rekomendasi serta ibu hamil kurang gizi mendapatkan asupan gizi tambahan. Ini semua diberikan dan dipantau melalui pemeriksaan kehamilan rutin dan kelas ibu hamil," ungkap Dirjen Kesehatan Masyarakat, dr. Maria Endang Sumiwi, MPH.
Kampanye Gerakan Ibu hamil Sehat sendiri berlangsung pada 14 Desember hingga 22 Desember 2022 lalu. Menyasar ibu hamil, gerakan ini berfokus pada aktivitas gerakan pemeriksaan ibu hamil minimal 6 kali selama kehamilan termasuk 2 kali dengan dokter dan USG, Semarak Kelas Ibu Hamil (makan bersama, minum tablet tambah darah dan dukungan keluarga/suami), serta Apresiasi dan dukungan Bumil Sehat.