Hepatitis B di Indonesia masih menjadi pekerjaan penting. Terlebih angka penularannya masih tinggi di tingkat terkecil masyarakat yakni keluarga.
Dilansir oleh situs resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pada Rabu (26/7/2023), Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan yakni dr. Imran Pambudi, MPHM, mengatakan prevalensi hepatitis B di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh penularan dari ibu ke anak. Penularan ini dapat menyebabkan hepatitis B menjadi kondisi kronis.
Penyebaran hepatitis B dari ibu yang terinfeksi kepada anak merupakan salah satu faktor utama tingginya prevalensi hepatitis B di Indonesia. Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi hepatitis B (HBsAg) secara umum mencapai 7,1%, setara dengan sekitar 18 juta penduduk Indonesia.
Bayi yang terinfeksi virus hepatitis B memiliki risiko lebih dari 90% - 95% untuk mengalami kondisi hepatitis B yang kronis. Namun, untuk mereka yang terinfeksi setelah usia 5 tahun, jarang mengalami infeksi kronis.
Oleh karena itu, penularan vertikal atau dari orang tua ke anak menyumbang sekitar 50% dari beban penyakit hepatitis B secara global.
Untuk mencegah penularan hepatitis B dari ibu ke anak, ibu hamil diimbau untuk segera melakukan tes hepatitis di fasilitas kesehatan. Pemerintah juga telah melakukan berbagai upaya pencegahan pada ibu hamil, termasuk tes hepatitis dan vaksinasi.
"Penerapan PHBS (pola hidup bersih dan sehat) menjadi salah satu upaya pencegahan hepatitis. Pemerintah memberikan vaksin hepatitis B kepada ibu hamil untuk meningkatkan kekebalan, melakukan pencegahan penularan hepatitis B dari ibu ke anak, notifikasi pasangan sebelum mempunyai anak, dan melakukan uji saring infeksi menular melalui transfusi darah, serta penerapan kewaspadaan standar," ujar dr. Imran dalam konferensi pers Hari Hepatitis Sedunia.
Kemenkes telah melakukan berbagai upaya dalam mengatasi hepatitis B, termasuk memberikan vaksin hepatitis B dosis 1 pada bayi baru lahir dan melakukan pemeriksaan hepatitis B pada semua ibu hamil. Pemberian obat antivirus tenofovir disoproxil fumarate juga telah dilakukan pada ibu hamil yang terdiagnosis hepatitis B.
Menurut Ketua Komite Ahli Hepatitis, Prof. David Handojo Muljono, MD, PhD, pada 2020 WHO telah mengeluarkan resolusi yang menetapkan hepatitis sebagai prioritas penanganan dunia. Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas 2013, sekitar 18 juta orang mengidap hepatitis B.
Lebih jauh, Prof. David juga mengapresiasi upaya Indonesia yang telah berhasil melakukan pemeriksaan hepatitis pada 3,2 juta ibu hamil secara gratis. Dia juga mengimbau masyarakat untuk lebih terlibat dalam kampanye kesadaran tentang penyakit hepatitis.
"Marilah kita berbagi informasi yang benar tentang pencegahan hepatitis. Permasalahan hepatitis di Indonesia perlu menjadi perhatian bagi kita semua dan diperlukan peran aktif dari setiap individu sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing," tegas Prof. David.