Menjadi perawat adalah pekerjaan yang sangat mengandalkan aktivitas fisik. Mulai dari membantu penanganan, memindahkan, mengangkat, mendorong, mengubah posisi pasien, dan lainnya. Karena intervensi keperawatan mencakup faktor risiko fisik, pribadi dan ergonomis untuk nyeri punggung bawah (low back pain).
Terutama perawat yang bekerja di mengalami nyeri punggung bawah lebih sering karena memberikan perawatan pasien dengan membungkuk ke depan untuk jangka waktu yang lama, terlalu memaksakan/membebani beberapa bagian tubuh saat memposisikan pasien, dan menghemat lebih banyak waktu untuk perawatan pasien.
Selain itu, menurut hasil penelitian Ozlem Ovayolu dkk pada 2014 silam, beban kerja yang berlebihan di instalasi perawatan intensif juga menjadi faktor risiko munculnya masalah ini. Antara lain gerakan tubuh yang sering seperti mengulurkan tangan ke depan, memegang, menggenggam, memeluk, mengangkat dan memutar saat menyiapkan tempat tidur pasien.
Seberapa berat sih? Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah berjudul Perbedaan Keluhan Low Back Pain pada Perawat (2019)yang dipublikasikan oleh Higeia, si penulis yakni Farah Hutami Nurhafizhoh menemukan fakta bahwa masalah ini menghantui nyaris separuh dari perawat yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hasil survei yang ia lakukan di salah satu Rumah Sakit swasta di Jakarta, ia mendapati bahwa skor rata-rata keluhan low back pain tebanyak berasal dari perawat IGD yakni 51,40. Tertinggi kedua adalah perawat rawat inap (42,30) dan terendah yakni perawat rawat jalan (18,32).
Menurut WHO pada tahun 2018, perawat sangat berisiko menderita nyeri punggung bawah bersama petani dan operator alat berat. Dalam studinya di Bangladesh (2017), Shubrandu S. Sanjoy dkk menulis bahwa 72,9 persen dari 229 yang mereka temui mengeluhkan masalah tersebut.
Kemudian, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2013) menemukan fakta bahwa LBP dengan diagnosis medis di Indonesia --tak cuma dialami oleh perawat saja-- mencapai 11,9% dan sebagai gejala penyerta (24,7%).
Tentu saja ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ozlem dkk, lima tahun sebelum Farah memulai penelitiannya. Padahal, perawat IGD punya tugas sangat penting, sebab langsung menerima dan meneliti keadaan untuk keperluan pertolongan. Gangguan pada kinerja mereka berarti asuhan keperawatan yang diberikan tak bisa maksimal.
Gangguan ini membuat ribuan perawat di dunia kurang efisien saat bekerja, dan bahkan pensiun dini. Tapi, sejumlah cara bisa dilakukan untuk mencegahnya. Cukup mudah, dan bisa langsung dipraktikkan.
1. Hindari membungkuk atau jongkok terlalu lama
Postur tubuh yang buruk memaksa orang untuk terlalu banyak melatih otot di leher dan punggung. Efeknya, sistem kekebalan tubuh akan bereaksi memacu peradangan yang bisa menyebabkan radang sendi di sendi terdekat.
2. Hindari mengangkat beban secara tiba-tiba
Kerap mengangkat beban berat, apalagi kalau dilakukan sembarangan, memicu rasa sakit di punggung. Peregangan di area tulang belakang lumbal perlu diawasi. Hal tersebut muncul karena adanya tekanan yang berasal dari beban benda yang diangkat. Rasa nyeri bisa menjalar hingga area ligamen dan otot, memperburuk sakit di bangian punggung.
3. Usahakan tak banyak lakukan aktivitas berat
Instruksinya sudah jelas. Ini demi keselamatan punggungmu. Membuatnya selalu rileks jadi opsi yang dilakukan, alih-alih memberinya beban berlebih. Belum lagi kalau menyoal risiko hernia, loh.
4. Jangan pakai sepatu dengan alas terlalu tinggi
Mengenakan sepatu beralas tinggi dapat mengubah bentuk tulang belakang dan menyebabkan sakit punggung bagian bawah karena otot punggung yang meregang atau saraf yang terjepit. Para ahli menyarankan agar tinggi alas atau hak tak lebih dari tiga sentimeter.
5. Berolahraga untuk memperkuat otot punggung
Dengan melatihnya, kekuatan saat mengangkat atau membopong bisa bertambah. Tak cuma itu, postur tubuh juga bisa menjadi lebih baik. Apalagi banyak gerakan untuk melatih punggung yang mengharuskan berdiri tegak.
Nah, itu tadi tips untuk mencegah perawat mengalami nyeri punggung. Dan jangan lupa lakukan peregangan di sela aktivitas, ya!
Referensi :
Sanjoy, S. S., Ahsan, G. U., Nabi, H., Joy, Z. F., & Hossain, A. (2017). Occupational factors and low back pain: a cross-sectional study of Bangladeshi female nurses. BMC research notes, 10(1), 173.
Ovayolu, O., Ovayolu, N., Genc, M., & Col-Araz, N. (2014). Frequency and severity of low back pain in nurses working in intensive care units and influential factors. Pakistan journal of medical sciences, 30(1), 70–76.
Nurhafizhoh, F. (2019). Perbedaan Keluhan Low Back Pain pada Perawat. HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development), 3(4), 534-544.