Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali melaporkan kasus infeksi Polio di Kabupaten Pidie, Aceh. Dalam keterangan pers pada Kamis kemarin (24/11/2021), ditemukan tiga anak positif virus Polio tanpa gejala lumpuh layuh mendadak. Dengan ini total sudah ada empat kasus Polio di Aceh.
Temuan ini berdasarkan hasil pemeriksaan tinja lebih lanjut kepada 19 anak-anak di bawah umur 5 tahun yang tinggal di sekitar kasus Polio pertama yang dikonfirmasi pada awal November silam. Ini dilakukan untuk mencari tahu apakah sudah ada transmisi lokal di komunitas. Pemeriksaan ini, yang disebut Targeted Healthy Stools Sampling, sesuai dengan rekomendasi WHO.
Meski begitu, sesuai dengan pedoman WHO, ketiga anak kasus baru tersebut tak dimasukkan dalam kriteria kasus sebab tidak memenuhi kriteria adanya lumpuh layuh mendadak. Tapi, berbeda dengan kasus pertama yang jalani fisioterapis, ketiga anak tersebut dirawat di rumah masing-masing karena tidak bergejala.
Sama dengan kasus pertama, ketiga kasus baru juga tidak memiliki riwayat imunisasi. Temuan baru ini membuat Kemenkes dan Dinkes Pidie terus melakukan pemantauan lebih lanjut. Upaya skrining dari rumah ke rumah terus juga termasuk upaya yang digencarkan.
Penyakit Polio yang menyerang saraf juga sangat berbahaya bagi anak sebab dampaknya permanen seumur hidup, yakni berujung pada kelumpuhan. Terlebih Polio juga belum ada obatnya. Tapi, kondisi ini bisa dicegah dengan mudah lewat imunisasi polio lengkap baik imunisasi tetes bOPV dan imunisasi suntik IPV.
"Oleh karena itu, kita harus lindungi masa depan anak anak kita dengan berikan vaksinasi imunisasi polio lengkap," jelas Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr. Muhammad Syahril.
Di sisi lain, Kemenkes juga mengakui terjadi penurunan angka imunisasi dasar di seluruh Indonesia sejak dua tahun terakhir, atau pada masa-masa awal pandemi COVID-19. Ini membuat status Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio menjadi momen untuk kembali meningkatkan kembali aktivitas dan jangkauan imunisasi dasar.
Di Pidie sendiri, Kemenkes dan Dinkes setempat akan melakukan 2 putaran imunisasi polio tambahan bagi semua anak usia 0-13 tahun di seluruh wilayah Aceh sebanyak 2 putaran mulai 28 November 2022.
Selain imunisasi, perilaku hidup bersih dan sehat jadi kunci kedua pencegahan penularan Polio. Perilaku BAB terbuka di sungai jadi salah satu faktor risiko berbahaya. Adanya virus Polio pada feses tinja ketiga anak kasus baru disebut jadi bukti bahwa perilaku hidup bersih dan sehat penduduk sekitar kasus pertana yang masih kurang.
"Virus polio ini menular melalui saluran cerna, sementara aktivitas BAB masyarakat masih dilakukan di sungai bukan di jamban, sehingga ada sirkulasi virus dan potensi penularan di sana," sambung dr. Syahril dalam konferensi pers daring.
Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Basarah Yanuarso mengimbau masyarakat agar tak menyepelekan risiko Polio. Meski tanpa gejala klinis, polio sangat mudah menular di anak-anak. Berdasarkan statistik, dari 200 anak yang tertular, paling tidak ada satu anak menderita lumpuh, sedang beberapa lainnya tekena meningitis (radang selaput otak).
"Bahayanya KLB Polio ini adalah sebagian besar tanpa gejala, tapi nanti yang jadi korban adalah anak yang lumpuh," katanya dalam acara bincang-bincang kesehatan yang digelar secara darung di Jakarta, Kamis kemarin (24/11/2022).
"Selalu seperti itu. Kita enggak bisa menyepelekan dari 200 anak cuma satu kok yang lumpuh. Kalau anak kita yang lumpuh, bagaimana?" sambungnya.
Karena itu, dr. Piprim meminta masyarakat sadar atas pentingnya imunisasi dasar pada sang buah hati. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang berupa demam dan bengkak di titik suntikan tak sebanding dengan risiko cacat lumpuh seumur hidup.