Seperti yang diketahui, oksigen adalah elemen penting dalam perawatan kesehatan dan digunakan untuk mengobati berbagai kondisi medis, seperti gangguan pernapasan dan penyakit jantung.
Nah, artikel ini akan membahas beberapa perangkat pengiriman oksigen yang tersedia, dan sering digunakan dalam asuhan keperawatan.
1. Blow-by Oxygen Mask
Blow-by oxygen mask adalah salah satu jenis alat bantu pernapasan yang digunakan untuk memberikan oksigen pada pasien dengan mengalirkannya ke area sekitar wajah dan hidung pasien. Masker ini biasanya digunakan pada bayi atau anak-anak yang tidak dapat menggunakan masker oksigen standar dengan benar.
Blow-by oxygen mask dapat digunakan untuk memberikan oksigen pada pasien dengan kadar oksigen yang rendah dalam darah atau pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan. Aliran oksigen pada blow-by mask dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Masker ini menyuplai aliran oksigen dengan tingkat konsentrasi (FIO2) mencapai sekitar 30%, yang tidak jauh lebih besar dari udara ruangan yakni 21%. Jika digunakan, tingkat oksigen harus minimal 10 liter per menit (LPM).
2. Nasal Cannula
Nasal kanul adalah salah satu perangkat yang digunakan untuk memberikan oksigen tambahan kepada pasien dengan mengalirkannya ke dalam saluran hidung. Perangkat ini terdiri dari dua saluran fleksibel yang terhubung ke sumber oksigen dan ditempatkan di dalam lubang hidung pasien.
Nasal kanul sering digunakan pada pasien yang membutuhkan kadar oksigen tambahan tetapi masih dapat bernapas dengan mandiri. Aliran oksigennya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan pasien. Masker ini dapat digunakan di rumah, di rumah sakit, atau di fasilitas perawatan kesehatan lainnya.
Aliran oksigen nasal kanul biasanya dimulai dari 2 LPM dan kemudian dititrasi ke atas sampai setinggi 6 LPM, meskipun idealnya 2-4 LPM. Kandungan konsentrasi oksigennya sendiri 25-40%. Tapi tergantung pada laju pernapasan, volume tidal, dan jumlah pernapasan mulut.
3. Simple Face Mask
Simple face mask adalah salah satu perangkat pengiriman oksigen yang digunakan untuk memberikan oksigen tambahan kepada pasien dengan suplai aliran oksigen yang lebih tinggi daripada yang tersedia di udara ruangan.
Perangkat ini terdiri dari masker wajah yang menutupi hidung dan mulut pasien dan dilengkapi dengan katup pengatur oksigen dan selang yang terhubung ke sumber oksigen.
Simple face mask umumnya digunakan pada pasien dengan kondisi pernapasan ringan hingga sedang yang memerlukan tambahan oksigenasi, seperti pada pasien dengan pneumonia, asma, atau gagal jantung.
Simple face mask dapat memberikan aliran oksigen antara 5 hingga 12 LPM dengan tingkat konsentrasi oksigen mencapai 35-50%, tergantung pada kebutuhan pasien. Meskipun sederhana dan mudah digunakan, penggunaannya harus hati-hati karena pasien dapat menghirup udara yang tercemar di sekitarnya jika masker tidak pas atau bocor.
4. Ventimask
Ventimask adalah jenis masker wajah yang digunakan untuk memberikan oksigen kepada pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan. Ventimask memiliki lubang yang dapat diatur ukurannya untuk mengatur aliran oksigen yang masuk ke dalam masker.
Masker ini terdiri dari kantong oksigen dan saluran udara yang terhubung ke masker. Aliran oksigen yang diatur kemudian mengalir melalui masker dan masuk ke dalam saluran udara pasien.
Ventimask juga memiliki vent yang memungkinkan pasien mengeluarkan udara yang dihirup melalui masker, sehingga mengurangi risiko penumpukan karbon dioksida di dalam masker. Ventimask sering digunakan pada pasien dengan masalah pernapasan ringan hingga sedang, seperti pada pasien pneumonia atau asma.
Laju suplai aliran oksigen sendiri umumnya mencapai 3-10 LPM, dengan tingkat konsentasi oksigen mencapai 24-60%, tergantung pada jenis/warna katup venturi yang digunakan. Jenis yang mencapai >40% sendiri jarang digunakan, dan disebut tak memberi banyak perubahan.
Berikut ini beberapa jenis katup ventimask :
- Biru - 24% : 2 liter/menit
- Kuning - 35% : 3 liter/menit
- Oranye - 31% : 6 liter/menit
- Putih - 28% : 4 liter/menit
- Merah - 40% : 10 liter/menit
- Hijau - 60% : 15 liter/menit
Ventimask biasanya digunakan pada pasien penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) ketika mereka membutuhkan kadar oksigen yang tinggi, tetapi ada kekhawatiran akan retensi CO2. Ini juga dapat membantu untuk eksaserbasi asma dan gangguan pernapasan umum.
5. Non-rebreather
Masker oksigen non-breather adalah alat pengiriman oksigen yang digunakan untuk memberikan oksigen tambahan kepada pasien dengan kondisi serius yang membutuhkan suplai oksigen yang lebih tinggi daripada yang bisa disediakan oleh alat pengiriman oksigen standar.
Masker ini memiliki sebuah tas yang terhubung ke katup satu arah yang memungkinkan pasien menghirup oksigen murni dan menghindari menghirup kembali udara yang telah dihembuskan. Masker oksigen non-breather digunakan pada pasien yang memerlukan konsentrasi oksigen 100% atau dengan kondisi yang mengancam jiwa seperti serangan jantung, trauma, atau gagal napas.
Aliran pada masker oksigen non-breather biasanya berkisar antara 10 hingga 15 LPM atau sesuai dengan rekomendasi dokter atau tenaga medis yang merawat pasien. Tapi, pastikan untuk selalu mengikuti instruksi dokter atau petugas medis yang merawat pasien dalam menggunakan alat bantu oksigen ini.
Non-rebreather adalah jenis masker oksigen yang memberikan konsentrasi oksigen tertinggi hingga 95% bagi pasien yang dapat bernapas sendiri tanpa mesin tambahan. Tapi, non-rebreather bukanlah solusi jangka panjang dan pasien harus dialihkan ke BIPAP, HFNC, atau intubasi kecuali dapat dititrasi turun.
Masker ini memiliki kantong reservoir yang terpasang pada masker dengan katup satu arah yang memisahkan keduanya. Terdapat lubang penapasan di sisi masker yang memungkinkan kedaluwarsa keluar juga tidak memungkinkan udara ruangan masuk kembali.
Laju aliran 10-15 LPM dapat menghasilkan tingkat konsentrasi oksigen hingga 95%, tetapi level konsentrasinya selalu lebih rendah sekitar 80-90% karena sejumlah kecil udara ruangan yang "masuk" ke dalam alat pengalir oksigen.
Oleh karena itu, perlu menjaga level saturasi oksigen (SPO2) pasien di 94-99%, karena kelebihan oksigen juga bisa berbahaya dan menyebabkan "toksisitas oksigen". Jika pasien masih kesulitan bernapas dengan SPO2 88-94% atau lebih rendah, mereka mungkin perlu diintubasi.
6. High-Flow Nasal Cannula
High-flow nasal cannula (HFNC) adalah sebuah alat medis yang digunakan untuk memberikan oksigen dan udara dengan aliran yang tinggi ke pasien yang mengalami kesulitan bernapas atau memerlukan tambahan oksigen.
Alat ini terdiri dari sebuah tabung oksigen yang menghubungkan ke perangkat yang menyaring udara yang masuk. Kemudian udara yang dihasilkan melalui perangkat tersebut disalurkan melalui selang ke hidung pasien dengan kecepatan yang tinggi.
HFNC memiliki beberapa kelebihan, antara lain mampu memberikan aliran udara yang konsisten, mempertahankan kelembapan udara dan suhu yang optimal, serta memungkinkan pasien untuk mengeluarkan karbondioksida secara lebih efektif. Alat ini juga dapat digunakan pada pasien yang memerlukan oksigenasi tambahan selama operasi atau pada pasien yang memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.
Namun, penggunaan HFNC juga memiliki beberapa risiko seperti terjadinya trauma pada hidung pasien karena aliran udara yang tinggi dan kemungkinan terjadinya infeksi pada pasien. Oleh karena itu, penggunaan HFNC harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan rekomendasi dokter.
HFNC merupakan perangkat yang dapat mengalirkan oksigen dari 8-60 LPM (30-60 LPM untuk orang dewasa) dengan konsentrasi oksigen 100%. Dalam penelitian, HFNC lebih nyaman digunakan dibandingkan dengan masker wajah, dan mungkin menjadi alternatif yang lebih baik.
Selain itu, HFNC juga menambahkan tekanan positif pada alveoli sekitar 3-4 cm H2O, seperti halnya dengan Continuous Positive Airway Pressure (CPAP). Ini untuk membantu menjaga agar alveoli tetap terbuka dan meningkatkan ventilasi atau pertukaran gas. HFNC juga dapat menjadi alternatif untuk Bilevel Positive Airway Pressure (BIPAP), kecuali pada pasien yang hiperkarbia (tingkat CO2 yang tinggi seperti pada pasien PPOK).
7. Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)
Ini adalah metode pernapasan non-invasif yang digunakan untuk membantu menjaga saluran napas terbuka selama tidur atau selama perawatan di rumah sakit. Metode ini melibatkan penggunaan mesin yang memberikan tekanan udara konstan ke saluran napas melalui masker yang dikenakan di hidung atau hidung dan mulut.
Tekanan udara konstan yang dihasilkan oleh mesin membantu mencegah kolaps pada saluran napas dan memungkinkan pasien untuk bernapas dengan lebih mudah. Metode CPAP umumnya digunakan untuk mengobati sleep apnea atau kondisi di mana saluran napas sering terblokir selama tidur, menyebabkan pasien mengalami napas pendek atau berhenti bernapas. Metode ini juga dapat digunakan untuk pasien PPOK dan edema paru.
Konsentrasi oksigen yang digunakan biasanya berkisar antara 21% hingga 100%, tergantung pada kondisi pasien dan indikasi penggunaan CPAP. Dalam beberapa kasus, seperti pada pasien dengan gangguan pernapasan yang parah, dapat diberikan konsentrasi oksigen yang lebih tinggi, misalnya 60% atau lebih, untuk membantu memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
Namun, penggunaan konsentrasi oksigen yang tinggi harus dilakukan dengan hati-hati dan di bawah pengawasan medis yang ketat, karena dapat meningkatkan risiko komplikasi seperti keracunan oksigen.
Oksigen tidak selalu ditambahkan (apalagi jika pasien baru menggunakannya untuk mengobati sleep apnea). Tekanan diatur pada 5-20 cm H2O, biasanya dimulai pada lecek 5-8 cm H2O. Peningkatan tekanan akan meningkatkan tekanan intratoraks. Oksigen ditambahkan untuk menjaga saturasi oksigen (SPO2) >90%.
8. Bilevel Positive Airway Pressure (BIPAP)
Metode ini adalah suatu jenis ventilasi mekanis non-invasif yang menggunakan tekanan udara positif pada saat pasien menghirup dan menghembuskan napas. Tekanan positif yang dihasilkan pada saat pasien menghirup memudahkan udara masuk ke paru-paru, sementara tekanan positif yang dihasilkan pada saat pasien menghembuskan napas membantu menjaga agar saluran napas tidak mengalami penyempitan dan tidak terjadi kolaps.
Metode ini digunakan untuk pasien yang mengalami kesulitan bernapas atau memiliki kondisi medis seperti sleep apnea, PPOK, edema paru, atau penyakit neuromuskular. BIPAP dapat disetel untuk memberikan tekanan yang berbeda pada saat pasien menghirup dan menghembuskan napas, dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu pasien.
Metode BIPAP punya tiga pengaturan :
1. Tingkat pernapasan yang biasanya diatur ke tingkat spontan atau cadangan sekitar 8-12 rpm.
2. Tekanan jalan napas positif inspirasi (IPAP) yang menunjukkan berapa banyak tekanan yang diberikan selama inspirasi, berkisar antara 5-30 cm H2O, tetapi umumnya dimulai pada 8-12 cm H2O. Tingkat yang lebih tinggi akan meningkatkan volume tidal.
3. Tekanan udara positif ekspirasi (EPAP) yang merupakan tekanan selama ekspirasi, yang umumnya 3-5 cm H2O.
BIPAP juga dapat memberikan oksigen untuk memastikan tingkat saturasi oksigen >90%. Tingkat Konsentrasi oksigennya sendiri dimulai pada 100% dan diturunkan ke bawah. Pengaturan biasanya disampaikan sebagai IPAP/EPAP, Rate, dan FIO2. Contohnya 10/5, kecepatan cadangan 10, dan FIO2 30%. Respiratory Therapist (RT) harus memberi tahu pengaturannya dan menyesuaikan FIO2.
Metode pernapasan BIPAP digunakan untuk eksaserbasi PPOK akut, kegagalan pernapasan akut seperti pada CHF atau ARDS. Metode ini dapat membantu mengurangi retensi CO2 pada hiperkarbia dan asidosis pernapasan.
Namun, BIPAP tidak disarankan untuk mereka yang merasa mual atau memiliki sekresi kental karena dapat menimbulkan risiko aspirasi. Metode ini juga berbahaya bagi pasien yang mengalami perubahan posisi karena alasan yang sama, meskipun kadang masih digunakan.
9. Ventilator
Metode pernapasan menggunakan ventilator adalah penggunaan mesin untuk membantu pernapasan pada pasien yang mengalami kegagalan pernapasan atau memiliki kesulitan bernapas. Ventilator dapat memberikan oksigen dan menghilangkan karbon dioksida dari paru-paru dengan cara menghembuskan udara atau campuran gas ke dalam paru-paru dengan tekanan yang diatur.
Ada beberapa mode ventilasi yang tersedia pada ventilator, termasuk mode pernapasan terkontrol (controlled ventilation), mode pernapasan mandiri (assisted ventilation), dan mode pernapasan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien (adaptive support ventilation). Pada pasien yang sakit parah atau kritis, ventilator seringkali merupakan alat penting untuk mendukung pernapasan dan mempertahankan fungsi vital organ lainnya.
Ventilator memiliki berbagai pengaturan yang mengontrol laju pernapasan, IPAP, EPAP, laju aliran inspirasi, dan kadar konsentrasi oksigen. Ventilasi dapat dihindari, dan harus. Beberapa pasien sulit menghentikan ventilasi (seperti pada pasien PPOK atau Sindrom Distres Penapasan Akut yang parah).
Nah, itu tadi penjelasan 9 jenis perangkat pengalir oksigen dan laju alirannya. Semoga bermanfaat, ya!
Referensi :
Hardavella, G., Karampinis, I., Frille, A., Sreter, K., & Rousalova, I. (2019). Oxygen devices and delivery systems. Breathe (Sheffield, England), 15(3), e108–e116. https://doi.org/10.1183/20734735.0204-2019
Wagstaff, T. A., & Soni, N. (2007). Performance of six types of oxygen delivery devices at varying respiratory rates*. Anaesthesia, 62(5), 492–503. https://doi.org/10.1111/j.1365-2044.2007.05026.x
Swipeit.pl. (2023, February 28). Overview of oxygen delivery devices. Open Critical Care. Retrieved April 6, 2023, from https://opencriticalcare.org/encyclopedia/overview-of-oxygen-delivery-devices/
Sim, M. A., Dean, P., Kinsella, J., Black, R., Carter, R., & Hughes, M. (2008). Performance of oxygen delivery devices when the breathing pattern of respiratory failure is simulated*. Anaesthesia, 63(9), 938–940. https://doi.org/10.1111/j.1365-2044.2008.05536.x
Kelly, W. J. (2022, August 10). Oxygen delivery devices and flow rates. Health And Willness. Retrieved April 6, 2023, from https://healthandwillness.org/oxygen-delivery-devices-and-flow-rates/