Pemeriksaan refleks patologis dan primitif adalah bagian integral dari evaluasi sistem saraf untuk mendeteksi tanda-tanda anomali atau disfungsi saraf yang mungkin terjadi pada seseorang. Refleks-refleks ini bisa memberikan petunjuk penting tentang kondisi kesehatan seseorang, terutama bila mereka muncul pada tahap kehidupan yang tidak seharusnya atau pada kondisi yang tidak wajar.
A. Refleks Patologis
Refleks patologis adalah refleks yang biasanya tidak ditemukan pada individu dewasa sehat. Tapi mungkin hadir pada bayi dan anak-anak kecil, serta menunjukkan kelainan pada fungsi sistem saraf. Tiga refleks patologis yang sering diuji meliputi :
1. Refleks Babinski (Plantar)
Pemeriksaan refleks Babinski (Plantar) sering digunakan dalam pemeriksaan neurologis. Prosedur ini mengharuskan pemeriksa untuk menggunakan benda tajam, seperti ujung reflex hammer atau kunci, untuk menggores permukaan telapak kaki pasien mulai dari pinggir belakang hingga ujung ibu jari.
Respons yang normal adalah ketika jari-jari kaki berkontraksi atau melipat, namun respons yang abnormal ditandai oleh kaki yang menyebar atau terdorong ke atas. Respons yang tidak wajar ini dapat menunjukkan adanya gangguan pada sistem saraf, terutama pada bagian yang disebut sebagai traktus kortikospinal.
2. Refleks Hoffmann
Tes refleks Hoffmann memerlukan pasien untuk melenturkan atau merenggangkan jari-jarinya setelah pergelangan tangan dipangku oleh pemeriksa. Pada tes ini, jari tengah pasien dijepit antara jari tengah pemeriksa dan jari telunjuk. Setelah itu, pemeriksa menekan ujung jari tengah klien menggunakan ibu jari pemeriksa.
Respons normalnya adalah ketika tidak ada gerakan yang terjadi atau hanya terjadi reaksi minimal pada tangan pasien. Respons yang tidak normal, seperti refleks yang berlebihan atau pergerakan refleks yang tidak tepat, bisa menunjukkan adanya masalah pada sistem saraf pusat, seperti lesi atau kerusakan pada medula spinalis atau otak.
3. Refleks Trommer
Pemeriksaan refleks Trommer memerlukan peregangan jari-jari pasien diikuti dengan pijatan lembut pada ujung-ujung jari setelah pasien membengkokkan jari-jarinya. Respon yang tidak normal pada refleks ini bisa mencakup reaksi yang berlebihan atau kurang dari yang diharapkan, yang bisa menjadi petunjuk adanya ketidaknormalan pada sistem saraf.
Respons yang abnormal pada refleks ini dapat menjadi indikasi masalah pada saraf perifer atau gangguan pada jalur saraf tertentu yang mengendalikan refleks tersebut.
B. Refleks Primitif
Refleks primitif terjadi secara alami pada bayi dan tidak seharusnya muncul pada anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa. Kemunculan refleks ini pada orang dewasa dapat mengindikasikan penurunan fungsi sistem saraf pusat. Beberapa refleks primitif yang sering diperiksa adalah :
1. Refleks Snout
Tes refleks Snout melibatkan menggelitik bibir atas pasien secara lembut. Respons yang diharapkan adalah ketika tidak ada gerakan yang berlebihan atau abnormal pada bibir atas maupun bawah, atau pada otot di sekitar bibir atau bawah hidung.
Respons yang tidak normal dapat terlihat ketika terjadi pengkerutan berlebihan pada bibir atas dan bawah atau terjadi kontraksi berlebihan pada otot di sekitar bibir atau bawah hidung. Respons yang tidak tepat ini bisa menandakan adanya masalah pada sistem saraf yang mengontrol refleks tersebut.
2. Refleks Rooting (Menghisap)
Pada pemeriksaan refleks Rooting, pasien distimulasi melalui sentuhan atau kontak pada bibir menggunakan objek atau ujung jari pemeriksa. Respons yang normal terlihat saat rangsangan ini menghasilkan gerakan pada bibir dan rahang bawah, menyerupai respons alami bayi saat mencari puting. Respons yang tidak wajar atau tidak adanya respon sama sekali bisa menunjukkan adanya ketidaknormalan pada sistem saraf yang mengatur refleks tersebut.
3. Refleks Grasp (Menggenggam)
Pemeriksaan refleks Grasp melibatkan menekan area jari pada telapak tangan pasien untuk mengamati respons kepalan tangan pasien sebagai reaksi terhadap stimulus. Respon yang diharapkan adalah ketika pasien merespons dengan merapatkan tangannya menjadi kepalan. Respons yang tidak normal atau tidak adanya respons dapat mengindikasikan adanya kelainan pada sistem saraf, terutama pada bagian yang mengendalikan refleks ini.
4. Refleks Glabella
Tes refleks Glabella memerlukan pemberian pukulan atau tekanan singkat pada area glabella atau sekitar bagian atas mata untuk mengamati kontraksi pada otot-otot di area wajah, khususnya otot-otot orbikularis okuli.
Respons normal adalah kontraksi singkat pada kedua otot orbikularis okuli. Pada kasus gangguan pada saraf wajah (nervus fasialis), refleks ini mungkin berkurang atau bahkan tidak terjadi. Sementara pada kondisi tertentu seperti sindrom Parkinson, refleks ini mungkin lebih responsif atau meningkat.
5. Refleks Palmomental
Tes refleks Palmomental memerlukan penggunaan ujung pensil atau gagang reflex hammer pada kulit bagian bawah telapak tangan untuk melihat kontraksi pada otot-otot tertentu, khususnya otot mentalis dan orbikularis oris. Respons yang diharapkan adalah terjadinya kontraksi pada otot-otot tersebut. Respons yang tidak normal atau tidak adanya respons bisa menjadi tanda adanya gangguan pada jalur saraf atau fungsi sistem saraf yang terkait.
Dalam merawat pasien, pemahaman yang komprehensif terhadap berbagai jenis pemeriksaan refleks merupakan kunci untuk memperoleh informasi yang tepat mengenai kondisi kesehatan mereka. Dengan menguasai dan memahami beragam tes refleks ini, perawat dapat memberikan asuhan yang lebih holistik dan berkualitas kepada pasien, menjadikan pelayanan kesehatan menjadi lebih efektif dan terarah.
Nah, minggu depan kita akan membahas tentang pemeriksaan enam refleks yang vital. Mulai dari biseps sampai superficialis.