Injeksi tak cuma tentang vaksin. Metode pemberian obat dan vitamin melalui suntikan sudah dilakukan sejak lama. Cara ini digunakan hanya sekali dalam waktu tertentu. Tapi dalam kasus tertentu, penyuntikan dilakukan terus menerus pemberian. Bahkan, kalau injeksi diberikan sekali dalam waktu tertentu, mungkin bersifat jangka panjang (injeksi depot).
Injeksi ini dilakukan demi mencapai tujuan medis tertentu. Mulai dari penyembuhan sampai pencegahan penyakit. Selain itu, jenis cairan yang diberikan juga disesuaikan dengan kondisi medis atau dengan resep dokter. Selain itu, penyerapan obat atau vitamin ditentukan oleh area dan kedalaman suntikan.
Berikut ini penjelasan keempat cara injeksi :
a. Intramuskular
Ini adalah cara penyuntikan obat ke dalam otot. Lantaran letaknya lebih dalam ketimbang jaringan kulit lain, butuh jarum yang pandang untuk jenis injeksi ini. Vaksin diberikan dengan cara ini, tapi beberapa obat juga melakukannya. Mulai dari antibiotik (penisilin dan streptomisin), testosteron serta medroxyprogesterone.
Injeksi intramuskular digunakan jika dosis obatnya lebih besar. Pasien juga bisa terhindar dari efek samping obat yang berpotensi muncul saat diberikan obat secara oral.
Lokasi penyuntikannya antara lain lengan atas, paha atau bokong. Tiga tempat ini berpengaruh pada seberapa cepat tubuh menyerap obat.
b. Subkutan
Jenis injeksi ini digunakan untuk semua zat yang harus diserap dalam waktu yang lambat. Seperti morfin dan atropin. Subkutan juga berfungsi untuk dipilih untuk obat yang berpotensi hancur di saluran pencernaan. Jarum yang digunakan berbentuk kecil pendek dan halus, sepanjang 1,5 hingga 2 sentimeter, dan berdiameter antara 2 atau 2,5 mililiter.
Jarum dimasukkan dengan sudut 45 derajat ke jaringan lemak subkutan. Dari situ, obat yang telah masuk selanjutnya menuju pembuluh darah kapiler dan diedarkan ke seluruh tubuh lewat sistem peredaran darah.
Karena menjadi metode injeksi yang paling mudah dibandingkan yang lain, beberapa pasien yang menderita penyakit tertentu akan diajarkan menyuntik secara mandiri. Salah satunya adalah penderita diabetes yang rutin menggunakan suntikan insulin.
c. Intravena
Injeksi intravena merupakan cara penyuntikan dengan memasukkan jarum langsung ke pembuluh darah (vena). Infus merupakan cara memasukkan obat atau cairan secara intravena.
Obat biasanya dapat diberikan lewat satu kali suntik, atau diberikan melalui infus yang tergantung. Anda mungkin pernah mendapatkan obat lewat satu kali suntikan di tangan yang terpasang infus. Sekaligus, menerima dari kantung infus yang digantung.
Jenis suntikan intravena merupakan cara terbaik memberikan obat. Cara ini memungkinkan obat diberikan dengan dosis yang tepat.
Obat yang diberikan lewat injeksi intravena juga akan langsung masuk ke aliran darah dan disebarkan ke seluruh tubuh. Dengan begitu, efek kerja obat juga lebih cepat dibandingkan subkutan dan intramuskular.
d. Intradermal
Suntikan intradermal biasanya dipakai untuk vaksinasi. Tapi biasanya juga menjadi metode yang dipakai untuk mengetahui apakah pasien yang terdiagnosa memiliki penyakit seperti TBC dan Brucellosis memiliki alergi atau tidak.
Jarum suntik yang digunakan sendiri maksimal sepanjang 1,5 sentimeter. Sebelum menyuntik, regangkan kulit dengan jari jempol dan telunjuk. Kemudian tusukkan jarum secara perlahan, sekitar 2 milimeter tepat di bawah lapisan kulit, hampir sejajar dengan permukaan kulit.
Namun, titik penyuntikan intradermal yang dipilih bukan area yang mudah luka atau terinfeksi, seperti deltoid. Injeksi intradermal sudah diberikan dengan benar jika muncul benjolan pucat yang memperlihatkan permukaan folikel rambut pada titik suntikan.
Nah, itu tadi beberapa cara pemberian injeksi berdasarkan jenis obat/vitamin. Selalu ingat demi kesembuhan pasien dan meminimalisir kesalahan, ya!