Aspirasi adalah suatu kondisi gangguan pernapasan. Beberapa gejalanya adalah batuk, mengi, dan mengalami sensasi mirip tersedak. Ini disebabkan ketika makanan dan air liur memasuki subglotis.
Aspirasi sendiri terbagi menjadi 3 jenis yakni :
- Aspirasi sebelum refleks menelan aktif (aspirasi sebelum menelan);
- Aspirasi yang terjadi saat refleks menelan (aspirasi saat menelan);
- Aspirasi setelah refleks menelan selesai (aspirasi setelah menelan).
Namun, dalam banyak kasus, aspirasi terjadi akibat disfungsi refleks menelan, kegagalan penutupan laring, dan disfungsi pintu masuk esofagus (sfingter esofagus superior).
Terlepas dari beragam penyebabnya, aspirasi adalah kejadian yang tak diinginkan oleh pasien saat berada di fasilitas pelayanan kesehatan. Karenanya, strategi mencegah aspirasi harus dikuasai oleh perawat. Pencegahan aspirasi dapat dilakukan dengan mengatur posisi pasien, atau dengan melakukan serangkaian kegiatan latihan lainnya.
Cara mencegah aspirasi pasien terbagi menjadi dua, yakni pengaturan posisi dan latihan fungsional. Masing-masing memiliki cara dan metode sendiri-sendiri. Berikut penjelasan singkatnya :
A. Pengaturan Posisi
1. Reclining (Berbaring)
Memudahkan bolus makanan turun dari rongga mulut ke tenggorakan.
Berbaring dengan kepala yang ditinggikan 30°. Taruh bantal untuk bengkokkan leher.
2. Chin Down (Menurunkan Dagu)
Ada tiga jenis : fleksi kepala, leher, kombinasi kepala + leher.
Fleksi kepala mencegah makanan tersangkut di vallecula epiglottis.
Fleksi leher bila leher pasien tegang, atau reflek menelan buruk.
3. Head Rotation (Memutar Kepala)
Mudahkan bolus makanan menuju ke sisi yang tidak diputar.
Untuk pasien yang lumpuh faring kanan/kiri. Bolus makanan dipandu menuju sisi yang tak lumpuh.
4. Lateral Recumben (Miring)
Posisi lateral recumben atau side-lying (miring)
Membawa makanan ke bawah, melewati sisi tubuh yang tidak lumpuh.
5. Kombinasi Posisi Tubuh
Memutar kepala ke arah sisi yang lumpuh dengan cara berbaring miring ke arah sisi tak lumpuh dengan dagu ke bawah.
B. Latihan Fungsional
1. Meningkatkan Rentang Gerak Servikal
Untuk penderita disfasia berat yang rentang gerak tulang belakang lehernya sangat terbatas. Sehingga tidak dapat menunduk atau memutar kepala.
2. Stimulasi Taktik Termal
Untuk pasien dengan inisiasi refleks menelan buruk. Stimulasi dilakukan dengan merangsang dinding posterior faring memakai laringoskop yang sudah didinginkan.
3. Latihan Menelan Supraglotik
Untuk pasien yang aspirasi saat menelan. Minta mereka menarik napas dalam-dalam dan menahannya. Telan bolus makanan, lalu bersihkan tenggorokan dengan batuk setelahnya.
4. Manuver Mendelsohn
Memperbesar jalan masuk menuju esofagus. Laring diangkat ke posisi tertinggi sembari menelan udara, dan tahan selama beberapa detik.
5. Latihan Shaker
Memperbesar pintu masuk esofagus serta memperkuat otot suprahyoid.
Pasien mengangkat kepala selama 1 menit sambil berbaring telentang. Istirahat 1 menit, dan ulangi prosesnya hingga 3 kali. Pasien kemudian mengangkat kepala sebanyak 30 kali.
6. Latihan Balloon
Untuk pasien saat sulit menelan makanan melalui kerongkongan.
Memakai alat kateter transoral atau transnasal melewati pintu masuk esofagus. Balon dipompa untuk memperluas kerongkongan, lalu ditarik keluar.
7. Fisioterapis Pernapasan
Untuk pasien disfagia yang mengalami gangguan fungsi sekresi sekret pernapasan. Manuver sputum paling sering digunakan.
8. Latihan untuk Aktivitas Sehari-hari dan Kekuatan Fisik
Penting bagi pasien disfangia yang mengalami aspirasi akibat kombinasi antara kelumpuhan dan sindrom disuse. Ada juga ketidakstabilan posisi makan serta kelelahan ketika makan.
Untuk digarisbawahi oleh sejawat, cuma ada dua diagnosis keperawatan untuk strategi pencegahn aspirasi yakni risiko aspirasi dan gangguan menelan.
Semoga 13 cara ini berguna untuk aktivitasmu, ya!
Referensi :
Kagaya, H., Inamoto, Y., Okada, S., & Saitoh, E. (2011). Body positions and functional training to reduce aspiration in patients with dysphagia. JMAJ. 54 (1): 35-38.