Pernah dengar tentang literasi kesehatan? Di Indonesia, topik tersebut baru mendapat perhatian secara luas saat pandemi COVID-19 dimulai pada 2020. Padahal masalah ini sudah mulai menjadi fokus sektor kesehatan banyak negara sejak dua dekade lalu.
Menurut publikasi The Institute of Medicine pada 2012, literasi tentang kesehatan didefinisikan sebagai "kemampuan untuk memperoleh, membaca, memahami, dan menggunakan informasi kesehatan untuk membuat keputusan yang tepat dan mengikuti petunjuk dengan benar."
Contoh penerapan literasi dalam bidang kesehatan seperti ketika membaca dan mengikuti panduan aktivitas fisik saat berolahraga, membaca label dan kadar gizi yang ada di produk makanan, melaksanakan diet sesuai petunjuk konsultan, mengisi formulir untuk pengajuan asuransi kesehatan, melakukan konsultasi kepada dokter, memahami resep obat, dan membaca poster penerapan gerakan masyarakat hidup sehat.
Literasi kesehatan juga berlaku di Rumah Sakit, saat pasien datang untuk mendapat perawatan dari tenaga medis. Saat pasien dan anggota keluarga akan mendapat segudang informasi dari tenaga medis yang bekerja. Mulai dari kondisi medis yang diidap pasien, prognosis, hasil pemeriksaaan laboratorium, rencana perawatan hingga instruksi pemulangan.
Di sini, perawat bisa membangun peran dalam membangun literasi kesehatan pasien yang sedang dirawat. Ini tak lepas dari fakta bahwa literasi menyangkut kesehatan di Indonesia masih belum merata.
Hal-hal yang bisa dilakukan oleh perawat untuk literasi kesehatan yakni :
1. Bangun Kepercayaan dari Pasien
Lakukan ini sejak mulai berinteraksi dengan pasien serta keluarganya. Yakinkan mereka bahwa lingkungan keperawatan ini akan menghormati ranah privasi pasien. Selain itu, ajak mereka ikut menentukan keputusan untuk perawatan mereka. Selain itu, identifikasi siapa pembuat keputusan pasien. Sertakan dia dalam setiap diskusi selama berada di Rumah Sakit dan perencanaan pemulangan.
2. Ukur Tingkat Pemahaman Pasien
Ukur sejauh mana kemampuan pasien dalam memahami informasi kesehatan dan partisipasi dalam setiap keputusan atau rencana pengobatan. Tentukan apakah mereka punya masalah pendengaran, mengucap, berbicara atau kognitif yang bisa memengaruhi kemampuan mereka dalam memahami informasi kesehatan yang dijabarkan.
Di Indonesia, sebagian pasien akan lebih suka berbahasa daerah. Selalu ingat hal ini, dan berinteraksilah dengan bahasa daerah untuk membuat pasien nyaman. Jika tidak bisa, kamu bisa meminta bantuan sejawat yang menguasai bahasa daerah pasien.
3. Pakai Bahan Ajar yang Mudah
Nah, penjelasannya perihal diagnosis dan perawatan pasien bisa memakai bahan ajar untuk memastikan agar pasien dan keluarganya bisa mengerti sepenuhnya. Pilih yang paling mudah, dengan banyak penjelasan visual (gambar atau foto) dan bahkan video. Ini bisa membantu pasien lebih paham tentang kondisinya.
4. Pentingnya Peran Perawat Senior
Perawat senior bertugas untuk mendidik pasien serta keluarganya, sekaligus memastikan bahwa mereka semua mematuhi diagnosis dan perawatan berkelanjutan. Mereka pun memegang peran penting yang mengharuskannya berkolaborasi dengan nakes lain untuk rencana perawatan pasien.
Perawat senior ini juga menginformasikan pada perawat lainnya terkait kondisi pasien. Tak sekadar menentukan rencana tindakan perawatan, tapi juga kebutuhan literasi lebih lanjut untuk masalah tertentu.
5. Mengulang Setiap Penjelasan dengan Rinci
Pastikan pasien dan keluarganya memahami diagnosis, rencana perawatan, dan langkah selanjutnya. Jika pasien tidak bisa merespons (biasanya karena dalam keadaan tidak sadar atau pasien masih kecil), maka keluarga harus paham sepenuhnya tentang apa yang diajarkan oleh perawat sebelumnya.
Cara ini harus diulang selama pasien berada di Rumah Sakit, terutama sebelum pulang. Metode ini disebut bisa meningkatkan literasi kesehatan pasien terkait kondisinya.
6. Berbicara dengan Hati-Hati, Lalu Simak Jawaban Pasien dan/atau Keluarganya
Banyak istilah medis yang tidak dimengerti oleh pasien dan keluarganya. Karena itu, pilihlah kata-kata yang mudah untuk dimengerti. Seperti "injeksi" menjadi "suntikan", "diagnosis" jadi "hasil pemeriksaan", dan masih banyak lagi. Jelaskan juga tujuan pemeriksaan kesehatan, tanpa memakai embel-embel medis.
Berhati-hatilah saat memberi penjelasan selama rawat inap, atau saat memberikan instruksi pemulangan, agar tidak terdengar menggurui. Ini bisa membuat pasien atau keluarga hilang kepercayaan, berhenti berkomunikasi, atau menjadi marah.
Beri pasien dan keluarganya lebih banyak waktu untuk bertanya jika ada hal yang belum dimengerti atau membuat catatan. Pasrtikan penjelasan tersebut jelas dan ringkas.
7. Minta Mereka untuk Bertanya pada Nakes Alih-Alih ke Internet
Internet tidak bisa memberi jawaban terkait kondisi medis pasien secara tepat. Minta mereka untuk lebih percaya kepada hasil diagnosis dokter. Selain itu, ajari mereka untuk memilah informasi kesehatan dengan sumber yang valid.
8. Kembali Beri Instruksi Sebelum Pulang
Jelaskan lagi instruksi terkait hal-hal yang harus dilakukan pasien dan keluarganya jika ada masalah kembali ditemui. Sekali lagi, simak pertanyaan mereka, kemudian jawab dengan jelas. Pastikan mereka tahu kondisi medis terkini setelah jalani perawatan. Selain itu, berikan kontak kalau pasien dan/atau keluarganya sewaktu-waktu kembali membutuhkan bantuan.
Itu tadi 8 langkah yang bisa kamu lakukan sebagai perawat untuk membangun literasi kesehatan pada pasien dan keluarganya. Semoga berguna, ya!