Pencarian

Program Layanan Cathlab, Cara Kemenkes Kurangi Kematian Bayi Akibat Penyakit Jantung Bawaan

post-title

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) selama ini menjadi penyebab kematian paling banyak dari seluruh kelainan bawaan yang dialami bayi baru lahir. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia WHO, ini menimpa sekitar 8 dari 1.000 kelahiran hidup. Kematian sendiri terjadi pada 6 bulan pertama kehidupan, dan 80% saat bayi berusia satu tahun.

Penyakit jantung bawaan sendiri disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya faktor genetik dan lingkungan. PJB acap pula jadi bagian dari suatu sindrom bawaan lahir, seperti Down Syndrome dan William's Syndrome.

Ibu yang memiliki penyakit diabetes atau infeksi rubella saat kehamilan juga dapat berperan dalam kejadian PJB. Meski demikian, hampir 90% kasus PJB terjadi tanpa penyakit yang mendasari.

Masalah jantung bawaan sendiri tak luput dari perhatian Kementerian Kesehatan. Mereka sudah memulai program mengadaan layanan katerisasi dan radiologi intervensi (Cathlab) bayi dan anak pada hari Kamis ini (29/12/2022).

Diresmikan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di Pusat Kesehatan Ibu dan Anak Nasional (PKIAN) RS Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta Barat. Layanan ini diharapkan bisa mengurangi tingkat kematian Penyakit Jantung Bawaan pada bayi yang baru lahir, terutama di satu tahun hidup pertama.

"Sekitar 12.500-15.000 bayi baru lahir kena penyakit jantung bawaan kelainan jantung bawaan. Sementara kapasitas operasi baru 1.600 maksimal setahun," ujar Menkes Budi seperti dilansir oleh situs resmi Kemenkes.

"Jadi ini adalah salah satu upaya untuk mencegah anak-anak kita meninggal karena tidak bisa tertangani karena tidak ada alat dan dokter spesialisnya," sambungnya.

Selain di Jakarta, layanan Cathlab sudah disiapkan di 514 Kabupaten/Kota dan diprioritaskan untuk pemasangan ring jantung. Sebab, penyakit jantung jadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia yakni 200 ribu orang per tahun. Selain itu, beban pembiayaannya juga paling tinggi yang mencapai lebih dari Rp9 triliun.

Karena itu, upaya ini disebut sebagai upaya transformasi kesehatan, khususnya di pilar kedia yakni transformasi layanan kesehatan rujukan.

Direktur PKIAN RSAB, dr. Ockti Palupi Rahayuningtyas, MPH, MH.Kes., mengatakan bahwa beroperasinyan layanan Cathlab membuat perawatan bayi baru lahir dengan PBJ di NICU bisa dipangkas. Jika sebelumnya butuh waktu perawatan selama dua bulan, kini menjadi sangat pendek yakni kisaran hanya 10 hari.

"Dengan adanya Cathlab, bayi lahir bisa langsung dilakukan kateterisasi pada usia bayi 7 hari, sehingga outcome lebih baik dan cepat. Waktu perawatan di NICU juga lebih singkat," KATA dr. Ockti.

Layanan Cathlab sendiri baru mulai beroperasi pada bulan Januari 2023, setelah PKIAN RSAB mengantongi izin dari pihak terkait.

"Kedepannya, Cathlab akan dikembangkan untuk radiologi intervensi anak untuk prosedur diagnostik dan terapi minimal invasif dengan dibantu modalitas NICU lain seperti USG CT Scan, MRI." sambung dr. Ockti.

Bayi dengan PJB dapat menunjukkan bermacam tanda dan gejala, namun dapat juga tidak bergejala sampai ia dewasa. PJB yang tidak terdeteksi dan tidak terobati sampai dewasa berisiko menyebabkan gagal jantung dini dan kematian.

Oleh karena risiko yang tinggi di masa depan, dan kejadian PJB yang sulit diprediksi, maka banyak dokter menegaskan pentingnya melakuan deteksi dini PJB pada bayi yang baru lahir.

Twitter