Pencarian

Riwayat Pengiriman Perawat Indonesia ke Luar Negeri, dan Pentingnya Peningkatan Kualitas

post-title

Selama satu dekade terakhir, pemerintah Indonesia banyak menjalin kerja sama dengan sejumlah negara sahabat sebagai penyuplai perawat. Langkah ini ditempuh lantaran tak lepas dari fakta bahwa terjadi surplus, seiring jumlah lulusan dengan STR aktif kian banyak tapi tak disertai ketersediaan lapangan kerja.

Data dari Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia (KTKI), terdapat 633.025 dengan STR aktif pada tahun 2020. Mereka pun menaksir bahwa jumlahnya pada 2025 secara kumulatif akan mencapai 696.217 orang. Sedangkan, rata-rata jumlah perawat yang lulus pendidikan adalah 43 ribu orang.

Pengiriman perawat Indonesia ke luar negeri sebenarnya sudah berlangsung sejak dekade 1990-an. Diawali dengan kesepakatan kerja sama dengan Arab Saudi di 1989, kemudian Uni Emirat Arab (UEA) pada tahun 1996.

Namun, pada tahun-tahun pertamanya, tingkat kelulusan program tersebut selalu kurang dari 10 persen. Contohnya, pada tahun 1996, Kemenkes hanya meluluskan 11 perawat untuk berangkat bekerja di UEA dari total 120 kandidat. Kendati demikian, seriring waktu, kompetensi dan kualitas lulusan mulai meningkat. Sehingga, jumlah lulusannya terus bertambah.

Masuk dekade 2000-an, menyusul pula sejumlah negara Eropa seperti Inggris dan Belanda, ditambah sejumlah negara Asia Timur. Pada tahun 2008, Jepang resmi menjadi tujuan pengiriman perawat Indonesia berkat kerjasama bilateral Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA). Dan di 2010, giliran Taiwan yang meneken kesepakatan.

Yang terbaru adalah Jerman. Indonesia sendiri sudah sepakat mengirim tenaga perawatnya ke negeri asal Kanselir Angela Markel tersebut pada 2009. Tapi, kedua pihak butuh lebih dari satu dekade, sebelum akhirnya para perawat resmi dikirim tahun ini. Dilansir oleh Antara, ada 200 perawat dari 25 provinsi yang akan berangkat menuju Jerman, dengan gaji setara Rp38 juta per bulan.

Meski demikian, Kemenkes belum bisa menyanggupi tingginya permintaan perawat dari negara-negara tersebut. Tapi, antara tahun 2013 hingga 2018, Indonesia cuma mengirimkan 3.438 perawat ke berbagai negara. Di saat yang sama, permintaan atas perawat dan pengasuh dari negara sahabat dalam satu dekade teakhir mencapai 80 ribu orang.

Kenyataan bahwa hanya 5 persen saja yang diterima bekerja tak lepas dari tingginya standar yang ditetapkan, di saat kualitas banyak lulusan masih belum memadai. PPNI Jawa Timur pada 2012 silam menyebut bahwa ini akibat menjamurnya sekolah keperawatan yang ternyata tidak diiringi dengan mutu lulusannya. Pendidikan keperawatan disebut lebih banyak berorientasi bisnis. Alhasil banyak yang disebut asal meluluskan tanpa mempertimbangkan kualitas lulusan.

Meski begitu, pandemik COVID-19 kemarin menyadarkan seluruh negara di dunia tentang pentingnya tenaga kesehatan --khususnya perawat-- di garda terdepan. Dilansir oleh Nurse Journal pada Agustus 2022, kurangnya jumlah perawat di negara-negara maju membuka peluang kerja bagi sesama teman sejawat yang melampaui batas negara.

Selain itu, sektor kesehatan juga sedang menyaksikan tren baru bernama traveling nurse, di mana perawat bisa bepergian dan hanya bekerja dalam jangka waktu tertentu. Jadi, bukan tak mungkin bahwa dalam jangka beberapa tahun lagi, jumlah perawat yang akan dikirim mengalami peningkatan.

Namun, sekali lagi, tantangannya adalah bagaimana seluruh kampus menyediakan perawat yang terampil. Semuanya tentu saja dibarengi dengan level kompetensi yang tinggi, sebagai hasil dari kualitas pendidikan yang ditingkatkan.

Antusiasme perawat pada tren ini juga terus menanjak. Dari 94 perawat di seluruh Indonesia yang ditanyai oleh Sejawat for Her dalam survei pada akhir Agustus silam, sebanyak 65 responden (69,1 persen) mengaku berminat untuk bekerja di luar negeri.

Minat selalu tinggi, dengan kebutuhan yang juga kian meningkat. Masalah tersisa adalah bagaimana cara meningkatkan kualitas para perawat kita.


(Kredit foto artikel : sehatnegeriku.kemkes.go.id)


Referensi :

Samhudi, G. R., Anindya, C. R., & Ilahi, D. S. (2022, January 4). Galby R. Samhudi. Stratsea. Retrieved September 8, 2022, from https://stratsea.com/indonesias-considerable-challenges/ 

Writers, S. (2022, August 29). Post-pandemic nursing shortage: What it means for aspiring nurses. NurseJournal. Retrieved September 8, 2022, from https://nursejournal.org/articles/post-pandemic-nursing-shortage/ 

Twitter