Pencarian

Salah Suntik Berujung Fatal Terus Terjadi, Ini Tanggapan Dosen Keperawatan Unhas

post-title

Sebuah kejadian di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, baru-baru ini menjadi fokus pemberitaan nasional. Seorang bayi berumur dua bulan yang dirawat di sebuah Rumah Sakit Pusat milik pemerintah, meninggal dunia secara tiba-tiba pada Selasa 19 Juli 2022. Saat memberi keterangan pers kepada awak media, sang orang tua menduga ini adalah akibat dari salah suntik yang dilakukan oleh seorang perawat.

Kasus tersebut memang belum mendapat fokus lebih jauh dari Polisi, sedangkan pihak manajemen Rumah Sakit sudah mengatakan akan melakukan tindakan audit terkait kematian bayi. Tapi kejadian ini menyadarkan kembali pentingnya komunikasi dan berfokus pada hak pasien selama perawatan.

Hal serupa juga terjadi di Medan, Sumatera Utara, bulan Februari 2022. Seorang pemuda korban kecelakaan diduga meninggal dunia usai seorang perawat di Rumah Sakit tempatnya dirawat memberi suntikan. Pasien mengalami kejang serta mulut berbusa, hingga akhirnya tak tertolong.

Kejadian yang terus berulang seperti ini dikhawatirkan berimbas pada reputasi perawat, menumbuhkan ketakutan di benak masyarakat. Menurut Nurhaya Nurdin, Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin, hal tersebut jadi bahan pembelajaran untuk tenaga kesehatan dan pasien. Tapi, kejadian buruk ini bisa dihindari. Syaratnya, dengan melakukan enam hal yang berkaitan dengan keilmuan sang perawat.

Pertama, adalah memperkenalkan diri dan profesi serta tujuan perawat masuk ke ruangan pasien. "Meski sudah pernah saat interaksi awal, tetap perkenalkan diri saat masuk berikutnya. Kenapa? Karena penjaga pasien bisa orang yang berbeda dan tidak kenal siapa dan apa tujuanmu," jelasnya dalam unggahan di fitur Instagram Story akun pribadinya, @nurhayanurdin, pada 22 Juli 2022 silam.

Kedua, yakni selalu menjaga komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarga. Setiap informasi atas setiap tindakan yang akan dilakukan, harus dikatakan secara jelas ke pihak keluarga, dan menggunakan bahasa sederhana agar mudah dimengerti.

"Jangan tanya 'apakah sudah mengerti dengan yang saya sampaikan?' It’s a big no. Pertanyaan yang diharamkan. Seharusnya seperti ini: 'dari apa yang sudah saya sampaikan tadi, apakah ada yang masih kurang jelas? Misalnya tentang tindakannya? Efek sampingnya? Atau bagaimana nanti perawatannya setelah tindakan?' Jadi berikan pernyataan yang spesifik dan terbuka," tulisnya.

Ketiga, perawat wajib mengikuti SOP (Standar Prosedur Operarional) yang berlaku. "Selalu pastikan semuanya benar di awal. Identifikasi pasien benar, tindakan benar, obat benar, dan lain-lain," ungkap lulusan Program Master University of Sheffield tersebut. Poin tersebut sangat berkaitan erat dengan "Prinsip 8 Benar" dalam pemberian obat.

Keempat, informed consent (Persetujuan Tindakan Kedokteran) harus benar-benar dipahami isinya dan segala konsekuensinya oleh keluarga pasien. Perawat pun harus siap menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan tindakan medis yang akan dilakukan.

"Jangan memaksa dan terburu-buru meminta mereka setujui tindakan, apalagi hanya sekadar titip lembarannya di kamar pasien," jelas Nurhaya. "Berikan waktu dan privasi untuk keluarga memahami isinya dan mengajukan pertanyaan yang jadi kegundahannya sebelum tindakan dilakukan," imbuhnya.

Kelima, disebut berkaitan erat dengan kemampuan berempati. Untuk pasien-pasien yang sedari masuk Rumah Sakit dengan kondisi buruk, perawat disebut harus mempersiapkan kondisi psikologis keluarganya untuk proses kehilangan dan berduka. "Jangan menganggap bahwa mereka akan dengan mudah melaluinya sendiri. Butuh ilmu juga bagaimana dealing dengan pasien terminal atau pasien sekarat," paparnya.

Keenam, sekaligus poin terakhir, yakni meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat awam. salah satunya dengan belajar menerjemahkan bahasa-bahasa medis ke bahasa yang tidak rumit agar mudah dipahami oleh pasien dan keluarganya.

"Kenapa? Karena bahasa medis itu dipelajari di bangku kuliah, bukan bahasa yang digunakan di pasar atau jalanan umum. So, belajar, belajar, dan tidak berhenti belajar untuk tingkatkan skill komunikasimu," pungkas Nurhaya.


(Catatan : Pengutipan materi Instagram Story sebagai bahan artikel sudah mendapat persetujuan dari pemilik akun.)

Twitter