Setelah menerbitkan panduan tata laksana pasien anak penderita gangguan ginjal akut progresif atipikal, Kementerian Kesehatan juga sudah merencanakan impor obat Fomepizole sebagai penyembuh keracunan atau antidotum.
Berdasarkan penelitian dan investigasi, diketahui bahwa 10 dari 11 pasien gagal ginjal yang mengonsumsi obat sirop dengan kandungan senyawa etilen glikol dan dietilen glikol, ternyata berangsur membaik kondisinya setelah meminum obat tersebut.
"Kita bisa simpulkan bahwa obat ini (Fomepizole, red.) memberikan dampak positif dan kita akan mempercepat kedatangannya ke Indonesia sehingga anak-anak bisa terselamatkan," ujar Menkes saat konferensi pers di Istana Negara, hari Senin lalu (24/10/2022).
"Kita akan memberikan obatnya kepada pasien AKI secara gratis," sambung Menkes.
Menurut Menkes, pasien anak yang menderita gagal ginjal akut tidak dapat berkemih (buang air kecil/BAK). Bahkan cuci darah kerap tidak memberi hasil atau memulihkan keadaan pasien, bahkan justru sering terjadi perburukan.
Namun, setelah diberi obat Fomepizole, pasien mulai bisa pulih secara perlahan. Bahkan, anak-anak dan remaja akhirnya bisa kembali buang air kecil, dan kembali sadar setelah kondisi sempat melemah dengan drastis.
Fomepizole ditegaskan bukan obat yang menyembuhkan gagal ginjal akut. Melainkan berfungsi sebagai penawar intoksikasi dari kandungan etilen glikol (EG) yang tak sengaja dikonsumsi anak.
Dilansir oleh Drugbank, Fomepizole adalah sejenis obat yang diberikan untuk menghambat enzim Alcohol dehydrogenase. Obat ini dipakai untuk mengatasi keracunan metanol. Obat ini biasanya diberikan lewat cairan infus, dan dosisnya untuk tiap pasien berbeda satu sama lain.
Pemberian dosis awal yakni 15 mg/kg berat badan (BB). Jumlah dosis selanjutnya adalah 10 mg/kg BB per 12 jam selama 48 jam. Lalu 15 mg/kg BB per 12 jam.
Selain itu, Fomepizole diindikasikan sebagai penangkal senyawa pelarut etilen glikol (EG), dietilen glikol (DEG) atau keracunan metanol. Selain itu, obat ini disarankan ketika seseorang diduga mengonsumsi EG/DEG/metanol. baik sendiri atau dalam kombinasi dengan hemodialisis.
Cara kerja Fomepizole sendiri adalah mengubah senyawa pelarut etilen glikol menjadi glikoaldehida. Senyawa tersebut kemudian mengalami oksidasi menjadi glikolat, oksalat dan glioksalat. Dua senyawa pertama bertanggung jawab atas asidosis metabolik dan kerusakan ginjal akubat toksisitan etilen glikol.
Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Prof. apt. Muchtaridi, PhD, menjelaskan bahwa EG dan DEG merupakan senyawa pelarut organik dengan rasa manis yang kerap disalahgunakan untuk pelarut obat.
Lantaran kelarutan dan rasa manisnya, dua senyawa tersebut kerap digunakan untuk mengganti propilen glikol atau polietiken glikol, yang harusnya tidak boleh dilakukan.
"Masalahnya, dietilen glikol dan etilen glikol mengalami oksidasi oleh enzim," kata Prof. Muchtaridi seperti dilansir oleh laman resmi Universitas Padjadjaran, Rabu 19 Oktober 2022 silam.
"Ketika masuk ke tubuh, senyawa ini mengalami oksidasi oleh enzim sehingga menjadi glikol aldehid kemudian kembali dioksidasi menjadi asam glikol oksalat dan kemudian membentuk lagi menjadi asam oksalat. Asam oksalat inilah yang memicu membentuk batu ginjal," imbuhnya.
Asam oksalat jika sudah mengkristal akan berbahaya sebab berbentuk seperti jarum tajam. Level kelarutan asam oksalat juga sangat kecil, sehingga akan tebentuk garam yang sukar larut dalam air jika bertemu kalsium. Jika kemudian menuju ginjal, maka organ vital tersebut akan cedera.
"Jika kondisi ini terjadi pada anak-anak yang notabene memiliki ukuran ginjal lebih kecil, dampak yang ditimbulkan akan parah. Tidak hanya memapar di ginjal, efeknya juga bisa lari ke jantung dan juga bisa memicu kematian yang cepat," jelas Prof. Muchtariadi.
Kemenkes sendiri menyebut bahwa Indonesia telah mendatangkan Fomepizole dari Singapura. Menyusul pula stok dari Australia, Amerika Serikat dan Jepang. Obat tersebut akan didistribusikan ke rumah sakit pemerintah yang merupakan rujukan pasien gagal ginjal akut di tingkat provinsi.
Dalam data terbaru Kemenkes pada Senin lalu (24/10/2022), sudah ada 245 anak di 26 provinsi yang menderita gagal ginjal akut. Sebanyak 141 diantaranya meninggal dunia.