Sebagai perawat, "medication error" dan "sentinel event" (kejadian serius) memang selalu membayangi. Sebelumnya, para perawat wajib mengetahui masing-masing rute pemberian obat dan pentingnya "Prinsip 8 Benar" agar para pasien tak mengalami apapun selama proses penyembuhan.
Selain itu, hal-hal tersebut harus diperhatikan agar bisa memberi asuhan kepeawatan terbaik. Jadi, perawat harus jeli dengan label dan cara pemberian, sekaligus harus tahu jenis-jenis obat yang tergolong "high alert" alias berbahaya.
Obat Risiko Tinggi
Nah, ini adalah obat-obat yang jika terjadi medication error, bisa berujung kematian atau kecacatan. Karenanya, perawat wajib tahu tentang bahaya dari masing-masing obat ini demi menghindari terjadinya hal-hal yang tak diinginkan.
1. Insulin
Suntikan insulin ini biasa digunakan oleh para penderita penyakit diabetes tipe 1 atau tipe 2 untuk membantu pankreas mengendalikan kadar gula darah. Hal-hal yang harus dihindari antara lain penyuntikan di sembarang tempat, tidak mengecek ulang jumlah dosisnya, atau bahkan menggandakannya.
2. Heparin
Heparin adalah salah satu obat antikoagulan atau sering disebut sebagai pengencer darah. Obat ini bekerja dengan cara menghambat aktivitas beberapa protein yang berperan dalam proses pembekuan darah.
Karena itu, pemberiannya tak bisa sembarangan sehingga perlu diatur dan dihitung serinci mungkin, serta harus melalui resep dokter. Bahaya yang mungkin timbul adalah iritasi di tempat suntikan, rambut rontok, muntah berwarna hitam seperti ampas kopi, sakit kepala, hingga (jika sudah dalam tahap berat) aritmia serta rasa nyeri di salah satu titik tubuh.
3. Kemoterapeutik
Salah satu jenis pengobatan yang paling sering dilakukan kepada para penderita kanker. Jenis-jenisnya antara lain Alkylating agents, Antimetabolites, Anti-tumor antibiotics, Topoisomerase inhibitors dan Mitotic inhibitors. Karena berhubungan dengan sel, maka pemberiannya tak bisa sembarangan.
Obat yang Bentuk dan Namanya Mirip (LASA)
Nah, perlu kejelian untuk membedakannya karena benar-benar mirip (look alike, sound alike). Baik dari nama, kemasan, dan label. Ada segudang nama yang sering mengecoh perawat dan petugas apoteker. Sehingga perlu kejelian dan berkali-kali pemeriksaan untuk memastikan bahwa obat tersebut sudah sesuai dengan resep dokter.
Beberapa contohnya seperti :
- Ephedrine dan Epinephrine
- Fentanyl dan Sufentanil
- Merlopam tablet dan Sandepril tablet
- Simvastatin 10 mg tablet dan Simvastatin 20 mg tablet
- Cisplatin dan Carboplatin
- Folic acid dan Folinic acid
- Xanax dan Zantac
Elektrolit Konsentrat
Cairan ini bisa menyebabkan toksisitas secara serius jika terjadi kesalahan dalam penyimpanan, peresepan, penyiapan, hingga penggunaan/pemberian obat.
1. Kalium/porassium klorida (sama dengan 2 mEq/ml atau yang lebih pekat)
2. Kalium/potassium fosfat (sama dengan atau lebih besar dari 3 mmol/ml)
3. Natrium/sodium klorida (lebih pekat dari 0,9%)
4. Magnesium sulfat (sama dengan 50% atau lebih pekat)
Prosedur Menyangkut Obat-obatan High Alert
Hal tersebut sudah diatur oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) pada tahun 2018 lalu, antara lain :
1. Membuat aturan tentang penyediaan, penyimpanan, penataan, penyiapan, dan penggunaan obat high alert;
2. Membuat aturan pengelolaan elektrolit konsentrat;
3. Implementasikan regulasi yang telah dibuat;
4. Membuat daftar semua obat high alert yang disusun berdasarkan data obat yang ada;
5. Pisahkan obat high alert di tempat penyimpanan yang aman;
6. Simpan elektrolit konsentrat di tempat yang diperbolehkan sesuai aturan yang telah dibuat (misalnya hanya di farmasi, atau IGD dan ICU)
Biasanya, masing-masing Rumah Sakit memberi panduan kepada seluruh nakes untuk diikuti, dilengkapi daftar obat high alert yang diperbarui secara berkala.
Selalu ingat dengan obat-obat high alert ini, ya. Dan jangan lupa untuk mengecek alat pemeriksaan, salah satu penentu krusial dalam pemberian obat.
Ingat kuncinya : jeli dan periksa berulang kali!
Referensi :
Saha, T., & Tewthanom, K. (2018). Dispensing errors associated with look-a-like and sound-a-like products and remedies: current status and prevention strategies. International Journal of Pharmacy & Pharmaceutical Research, 11 (4), 172-177.
ISMP. (2016). Paralyzed by mistakes: reassess the safety of neuromuscular blockers in your facility. Nurse Advise ERR, 14 (8).
KARS (2018). Instrumen Survei Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit, Edisi 1. Komisi Akreditasi Rumah Sakit.