Cara berbaring pasien dalam perawatan medis sangat penting dalam perawatan medis. Perawat perioperatif perlu mengerti komponen dasar dan pemberian posisi yang aman untuk pasien.
Perawat bisa bekerja sama dalam tim untuk mengkaji, merencanakan, mengimplementasikan, dan mengetahui posisi pasien. Pengetahuan tentang perubahan fisiologis karena pemberian posisi harus diketahui oleh semua oleh semua anggota tim.
Perubahan fisiologis ini bisa memengaruhi fungsi sistem-sistem tubuh sistem kardiovaskular, pernapasan, saraf, skeletal dan integumen.
Posisi sangat berpengaruh pada sistem pernapasan. Sistem ini sangat rawan terhadap pemberian posisi litotomi dan telungkup. Biasanya toraks berekspansi ke semua arah, kecuali arah posterior.
Akan tetapi pada posisi telungkup dan litotomi ada keterbatasan ekspansi paru pada daerah tulang rusuk dan sternum, dan diafragma tidak bisa dengan maksimal menekan ke bawah otot-otot abdominal, terutama pada posisi litotomi.
Komplians jaringan paru berkurang hingga volume udara yang masuk ke dalam paru melalui inspirasi berkurang.
Berikut ini penjelasan posisi-posisi di atas :
1. Supine (Telentang)
Berbaring dengan kepala dan bahu sedikit terangkat menggunakan bantal, kecuali jika pasien dikontraindikasikan. Contohnya setelah jalani anestesi spinal atau operasi tulang belakang. Digunakan untuk pemeriksaan umum atau penilaian fisik.
2. Orthopneic (Tripod)
Menempatkan pasien dalam posisi duduk atau di sisi tempat tidur dengan meja di atas untuk bersandar. Beberapa bantal di atas meja juga digunakan untuk bersandar ke arah depan. Berguna untuk pasien yang memiliki masalah saat mengembuskan napas.
3. Fowler
Posisi beristirahat di atas tempat tidur dengan ketinggian 75 hingga 90 derajat. Dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan, gangguan imobilisasi, memperbaiki curah jantung dan aspirasi saat menyantap makanan.
4. Semi-Fowler
Posisi beristirahat di atas tempat tidur dengan ketinggian 15 hingga 60 derajat (setengah duduk). Dilakukan pada pasien yang mengalami sesak napas, pasien pasien pasca-operasi struma/hidung/thorax dan untuk pasien dengan penyakit tenggorokan pada saluran pernapasan.
5. Prone (Tengkurap)
Pasien berbaring dengan kepala menghadap ke satu sisi, perut dan kaki yang rapat ke atas bantal dan pinggul tidak tertekuk. Ini memungkinkan ekstensi penuh sendi pinggul dan lutut. Bertujuan untuk mencegah rasa aman di bagian otot pasien yang tak sadarkan diri. Bisa juga pada pasien yang baru saja jalani operasi mulut atau tenggorokan.
6. Sims (Setengah Telungkup)
Pasien berbaring di satu sisi tubuh dengan tungkai atas di depan tungkai bawah, sedang pinggul serta lutut tertekuk. Pinggul serta lutut bagian atas serta kaki ditempatkan di depan tubuh. Ini memudahkan pemeriksaan rektum, mencegah aspirasi, mengurangi tekanan pada sacrum dan pinggul.
Posisi sims untuk pasien dengan pemeriksaan/pengobatan daerah perineal, yang tak sadarkan diri, paralisis, yang akan dienema serta membantu wanita hamil tidur.
7. Trendelenburg
Pasien berbaring telentang dengan posisi kepala lebih rendah daripada kaki. Bertujuan untuk melancarkan peredaran darah ke otak, memudahkan jalan pembedahan pada bagian perut, serta untuk pasien shock dan hipotensi.
8. Reverse-Trendelenburg
Pasien berbaring dengan kepala ditinggikan daripada kaki. Digunakan untuk pasien dengan masalah pencernaan karena membantu meminimalkan refluks esofagus pada pasien gastrointestinal.
Referensi :
Buku Modul Standar Operasional Prosedur (SOP) Keterampilan Keperawatan. (2022). (n.p.): Lembaga Omega Medika.
KONSEP DASAR KETERAMPILAN KEBIDANAN. (2019). (n.p.): WINEKA MEDIA.