Perawatan luka selalu dipandang sebagai hal yang mudah, tapi akan sangat berbeda ketika masuk ranah praktik. Sebelum mengenalnya seperti sekarang, termasuk dalam bentuk hydrocolloid dressing yang mutakhir, perawatan luka butuh waktu lima milenium sebelum mencapai bentuknya sekarang.
Jayesh B. Shah, dalam artikel ilmiah berjudul The History of Wound Care (The Journal of the American College of Certified Wound Specialists, 2011) menjelaskan bahwa upaya menyembuhkan luka sudah ada sejak tahun 2000 SM.
Naskah medis tertua, berupa tanah liat dari peradaban Mesopotamia, yang kerap menjadi rujukan awal sejarah perawatan luka. Tablet tersebut menjelaskan tiga prinsip dasar penyembuhan luka yang diikuti hingga detik ini : mencuci luka, membuat plester, dan membalut.
Sedangkan penduduk Mesir Kuno (2000-500 SM) punya kebiasaan untuk mengoleskan pasta madu, minyak dan serat kain ke area luka terbuka untuk penyembuhan. Plasternya sendiri disebut nyaris mirip dengan pembalut luka yang kita gunakan sekarang.
Kebiasaan membersihkan luka juga berlanjut pada para tabib di masa Yunani Kuno. Mereka mencucinya menggunakan campuran air bersih, cuka atau anggur. Bahkan Hippokrates dalam bukunya menulis bahwa "anggur manis" adalah obat radang lambung yang akut.
Kemudian para dokter dari Romawi Kuno menyempurnakan proses perawatan luka dengan merumuskan empat tanda infeksi luka yakni "rubor, tumor, calor, er dolor" (kemerahan, bengkak, (terasa) panas dan nyeri).
Masuk Abad Pertengahan (400-1500 M), justru terjadi sedikit kemunduran. Saat itu, praktik yang banyak dilakukan adalah membiarkan luka sedikit membusuk. Tapi, Dominique Jean Larrey --dokter pribadi Kaisar Perancis Napoleon Bonaparte-- menulis bahwa amputasi dini diperlukan jika kondisi bagian tubuh yang terinfeksi sudah tak bisa diselamatkan, dan demi menyelamatkan nyawa pasien.
Barulah pada abad ke-18, pembedahan mulai dianggap sebagai cabang kedokteran yang terpisah dan dihormati. Masuk abad ke-19, teknik antiseptik mencuat dan menjadi terobosan besar sebab sukses menurunkan angka kematian.
Keperawatan Holistik oleh Florence Nightingale
Pada tahun 1854, selama Perang Krimea, perawat Inggris yakni Florence Nightingale percaya bahwa "sanitasi, udara segar, suasana tenang, nutrisi yang baik, dan perawatan yang dilakukan secara efektif" bisa meningkatkan kesembuhan orang sakit dan yang terluka secara drastis.
Nightingale menerapkan saat bertugas merawat tentara Inggris di Semenanjung Bosporus (kini Turki). Berkat ini, ia diakui sebagai pendiri keperawatan modern.
Sistem Antiseptik Lister
Pada tahun 1860, Joseph Lister menerbitkan sebuah laporan tentang pengobatan patah tulang majemuk dengan asam karbol, sebuah metode yang dikenal sebagai Sistem Antiseptik Lister. Lister juga dianggap mengembangkan pembalut jenis basah-ke-kering pertama, yakni cotton batting bersih direndam dalam asam karbol.
Pada tahun 1890, Robert Wood Johnson, salah satu pendiri Johnson & Johnson, mulai menggunakan Sistem Antiseptik Lister untuk mengembangkan kasa dan pembalut luka yang disterilkan dengan kasa kering.
Pembersihan Luka dan Debridement
Pada tahun 1880-an, buku teks tentang perawatan luka mulai menekankan pentingnya pembersihan kulit lebih dulu. Carl Reyher, seorang ahli bedah yang bekerja untuk militer Rusia, adalah orang pertama yang merekomendasikan penambahan pembersihan luka mekanis yang lebih ekstensif, yang disebutnya "debridement."
Debridement adalah terapi penyembuhan luka setelah proses pembedahan, mekanis, atau kimia dengan menghapus jaringan yang rusak atau mati untuk meningkatkan potensi penyembuhan jaringan sehat yang tersisa.
Perawatan Luka di Masa Perang Dunia I
Dari tahun 1909 hingga 1918, sebelum dan selama Perang Dunia I, pengunaan kasa kering yang dicampur garam ke luka adalah praktik yang umum dilakukan. Barulah pada akhir PD I, Angkatan Darat Inggris menggantinya dengan kain kasa yang sebelumnya dimasukkan ke larutan hipoklorit.
Perawat dan tenaga medis yang bertugas di garis depan diperintahkan untuk berfokus pada cara membalut luka yang benar sebelum membawa tentara yang terluka ke rumah sakit.
Evolusi Antiseptik Logam
Pada akhir abad ke-19, antiseptik logam diperkenalkan. Serbuk keramik perak ditemukan pada tahun 1928, dan pemulihan menggunakan perak senyawa sulfadiazin perak tersedia pada tahun 1958. Preparat ini digunakan secara luas untuk mengobati infeksi Pseudomonas pada luka bakar.
Pada tahun 1974, aplikasi seng pada luka diklaim mampu mengakselerasi proses penyembuhan pada individu yang kekurangan seng. Hal ini jadi dasar pengembangan pasta seng sulfat Unna, yang masih digunakan sampai sekarang dalam pengobatan ulkus kaki kronis. Pengembangan antiseptik ini dan pengenalan antibiotik membantu menurunkan angka kematian dan mengendalikan infeksi.
Penyembuhan Luka Lembab
Abad ke-20 membawa banyak perubahan dalam cara kita merawat luka. Pada 1960-an, George Winter dan Cameron Hinman dan Howard Maibach melaporkan keunggulan teknik penyembuhan luka lembab (moist wound healing).
Perawatan Luka sebagai Spesialisasi Perawat
Spesialisasi formal pertama dari keperawatan luka, yang disebut sebagai keperawatan enterostomal, didirikan pada tahun 1958 di sebuah klinik negara bagian Cleveland, Amerika Serikat. Tapi, mereka baru mendapat sertifikasi dari otoritas kesehatan nasional pada 1980.
Perawatan Luka Modern
Pada abad ke-20, penyembuhan luka modern mencuat. Saat ini, ada lebih dari 5.000 produk perawatan luka. Kebanyakan dressing modern mengandung bahan yang sangat menyerap, seperti alginat, busa, atau karboksimetilselulosa.
Ada pula yang jenis dressing oklusif dan dressing semioklusif. Ada yang berfokus pada faktor pertumbuhan, pembalut berbasis madu tingkat lanjut, dan pembersih berbasis asam hipoklorit. Termasuk juga balutan berupa jaringan yang direkayasa secara biologis, Negative Pressure Wound Therapy (NPWT), dan terapi oksigen hiperbarik telah mengubah cara kita merawat banyak luka kronis saat ini.
Perawatan luka, yang sudah ada sejak peradaban awal manusia, berkembang dari waktu ke waktu. Ini lantaran sains turut belajar tentang bakteri, antiseptik, dan cara kerja tubuh manusia. Tapi prinsip dasar yang diutarakan para tabib Mesopotamia pada 2500 tahun lalu masih relevan hingga sekarang : membersihkan luka, mencegah infeksi, dan menjaga kelembaban lingkungan sekitar luka.
Keterangan gambar sampul artikel.
Kiri : Achilles (kanan) merawat Patroclus (kiri) yang terluka akibat anak panah, diidentifikasi dalam prasasti bagian atas vas peninggalan masa Yunani Kuno sekitar tahun 500 SM.
Kanan : Lukisan buatan seniman Prancis, Henriette Browne (1829-1901), yang berjudul La mère et l'enfant (1901).
Referensi :
Shah J. B. (2011). The history of wound care. The journal of the American College of Certified Wound Specialists, 3(3), 65–66.
George Broughton, I. I., Janis, J. E., & Attinger, C. E. (2006). A brief history of wound care. Plastic and reconstructive surgery, 117(7S), 6S-11S.
SUPPLEMENTAL SOURCES CONSULTED Ackerknecht, E. H. (1982). A short history of medicine.
Mouës, C. M., Heule, F., Legerstee, R., & Hovius, S. E. (2009). Five millennia of wound care products--what is new? A literature review. Ostomy/wound management, 55(3).