Pencarian

Sepekan Jelang Libur Lebaran, Kasus COVID-19 di Indonesia Alami Kenaikan

post-title

Sepekan sebelum periode libur panjang Idulfitri 2023, kasus baru infeksi COVID-19 meningkat cukup pesat. Dilansir oleh laman resmi Satgas COVID-19, ada 944 kasus baru yang diumumkan pada Selasa kemarin (11/4/2023). Sedangkan pada Senin sebelumnya (10/4/2023) ada 494 kasus.

Sementara itu, angka kasus aktif COVID-10 di Indonesia mencapai 6.827 kasus, naik sebanyak 228 dari sehari sebelumnya.

Ini membuat total kasus di Indonesia menjadi 6.752.606 kasus positif. Sedangkan jumlah yang sembuh bertambah 702 orang, sehingga totalnya menjadi sebanyak 6.584.708 orang.

Sedangkan jumlah pasien yang meninggal di Indonesia kemarin bertambah 14 orang menjadi sebanyak 161.071 orang. Jumlahnya juga meningkat dari hari sebelumnya yang cuma 4 orang.

Meski begitu, kenaikan ini disebut bukan karena masuknya varian baru Omicron XBB.1.16 atau yang bisa disebut Arcturus, biang kerok lonjakan kasus secara drastis di India. Melainkan karena protokol kesehatan seperti penggunaan masker dan menjaga jarak sudah tak seketat dulu.

"Dan masyarakat cenderung tidak tes sehingga kalau merasa batuk pilek, istirahat, dan merasa sembuh," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, seperti dikutip dari Detikcom pada Selasa (11/3/2023).

Faktor tersebut kemudian menjadi hal utama yang membuat COVID-19 menyebar ke orang lain. Terlebih pelonggaran aktivitas ini langsung terjadi dalam skala besar dan luas.

Saat ini, pemerintah melalui Kemenkes terus mengimbau masyarakat untuk segera melakukan vaksinasi booster. Hal tersebut berguna untuk mencegah terjadinya gejala yang memburuk saat terinfeksi COVID-19 hingga beimbas pada kematian.

Meski begitu, dr. Siti Nadia Tarmizi menyebut bahwa sampai saat ini Kemenkes belum mendeteksi COVID-19 subvarian Arcturus ke Indonesia, meski Jakarta sebagai jalur keluar-masuk internasional sudah mengalami peningkatan kasus selama sebulan terakhir.

Saat ini, sejumlah negara seperti India dan Cina mengalami lonjakan kasus COVID-19. Para ahli menduga lonjakan tersebut disebabkan akibat subvarian Omicron XBB 1.16 alias varian Arcturus.

Meski begitu, para peneliti di India menyebut bahwa gejala pasien yang terinfeksi varian Arcturus cenderung ringan. Umumnya adalah demam, batuk, pilek, nyeri otot, sesak napas, sakit kepala dan sakit tenggorokan.

Selain itu, sebuah publikasi ilmiah di India juga menyebut bahwa orang-orang yang sudah mendapatkan vaksinasi lengkap masih bisa terinfeksi. Tapi dari analisis tersebut, para ahli menyatakan bahwa varian tersebut tidak menyebabkan penyakit yang parah dan memicu gejala yang mirip dengan varian Omicron sebelumnya.

Twitter