Pernah dengar tentang Tourniquet Test? Memang tourniquet yang biasanya identik dengan urusan infus alias terapi intravena. Tapi ternyata bisa juga digunakan untuk hal yang tidak kalah pentingnya.
Tourniquet Test (Rumple-Leede Test) adalah tes medis sederhana yang digunakan untuk memeriksa kemampuan pembekuan darah dan mengevaluasi kemungkinan infeksi demam berdarah. Tes ini dilakukan dengan memasang tourniquet, yaitu alat pengikat elastis pada lengan atau tungkai, kemudian menggembungkan manset selama lima menit untuk membatasi aliran darah.
Setelah itu, dokter akan memeriksa kulit di bawah manset untuk melihat adanya bintik-bintik perdarahan kecil yang disebut petekie. Jika petekie ditemukan, ini bisa menunjukkan rendahnya jumlah trombosit dalam darah dan dapat menjadi tanda infeksi demam berdarah atau kondisi lain yang mempengaruhi pembekuan darah. Tes ini juga dapat membantu mengidentifikasi pasien dengan risiko perdarahan selama atau setelah operasi atau tindakan medis lainnya.
Selain untuk skrining awal infeksi dengue atau pemeriksaan selepas operasi, tes ini bisa juga pada situasi trombositopenia, Rocky Mountain spotted fever, meningococcemia, disseminated intravascular coagulation (DIC), immune thrombocytopenic purpura, embolisme lemak, hingga sindrom Cushing.
Petekie (petechiae) adalah bintik-bintik kecil berwarna merah atau ungu yang muncul pada kulit dan terbentuk akibat pendarahan di bawah permukaan kulit. Ukurannya kecil dan biasanya berukuran 1-3mm, namun dapat berkumpul menjadi bintik-bintik yang lebih besar. Petekie biasanya terlihat seperti ruam dan tidak hilang saat ditekan.
Contoh hasil Tourniquet Test positif. (Centre for Disease Control and Prevention)
Kondisi ini sering terjadi pada pasien yang mengalami gangguan pembekuan darah, infeksi, atau reaksi obat-obatan. Petekie juga dapat menjadi tanda awal dari kondisi medis yang lebih serius, seperti leukemia atau sepsis, sehingga memerlukan evaluasi medis lebih lanjut.
Perbedaan Petekie, Purpura dan Ekimosis
Petekie, purpura, dan ekimosis merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan warna kulit yang terkait dengan perdarahan di bawah kulit. Perbedaan antara ketiganya terletak pada ukuran dan penyebarannya di kulit.
1. Seperti dijelaskan sebelumnya, petekie adalah perubahan warna kulit berupa bercak kecil berwarna merah muda atau ungu, dengan ukuran kurang dari 3 mm, yang disebabkan oleh perdarahan di bawah kulit. Petekie sering terlihat seperti titik-titik kecil dan biasanya tidak menimbulkan rasa sakit atau gatal.
2. Purpura adalah perubahan warna kulit berupa bercak merah ungu atau kebiruan, dengan ukuran lebih besar dari 3 mm, yang juga disebabkan oleh perdarahan di bawah kulit. Purpura dapat menyebar ke seluruh tubuh dan biasanya terlihat seperti bercak yang bergabung satu sama lain. Purpura dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti infeksi, obat-obatan, atau penyakit autoimun.
3. Ekimosis adalah perubahan warna kulit yang lebih besar dari purpura, dengan ukuran lebih dari 1 cm. Ekimosis biasanya terjadi sebagai akibat dari cedera atau trauma, seperti memar, dan dapat disertai rasa sakit atau bengkak. Ekimosis umumnya memiliki warna biru atau ungu dan dapat menghilang dalam waktu beberapa hari atau minggu tergantung pada besarnya cedera.
Alat yang Digunakan
Ada tiga alat yang digunakan untuk melakukan Tourniquet Test ini, yakni :
1. Sphygmomanometer
2. Stetoskop
3. Stopwatch
Rumus yang Digunakan
Untuk Tourniquet Test, perlu perhitungan untuk menentukan penekanan yang akan dilakukan menggunakan sphygmomanometer. Ini tentu untuk mendapatkan hasil yang akurat. Rumusnya adalah :
TD Sistol + TD Diastol / 2
Prosedur Tourniquet Test
Berikut ini prosedur Tourniquet Test :
1. Siapkan alat-alat yang diperlukan, termasuk sphygmomanometer, manset, stetoskop, dan stopwatch.
2. Jelaskan kepada pasien tentang tujuan dari Tourniquet Test.
3. Pastikan pasien duduk atau berbaring dengan nyaman, dengan lengan yang akan diuji dalam posisi yang sama dengan ketika tekanan darah diukur.
4. Pasang manset sphygmomanometer pada lengan atas (lebih kurang 3 jari diatas fossa cubiti)
5. Pompa udara ke dalam manset pada tekanan yang telah dihitung seperti rumus yang disebut sebelumnya.
6. Biarkan manset tetap terpasang selama 10 menit dengan tekanan yang sama.
7. Lepaskan pompa udara pada manset secara perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg per detik. Tunggu sampai tanda stasis darah hilang.
8. Catat tekanan darah ketika petekie pertama kali terlihat di kulit, atau ketika pasien melaporkan rasa sakit atau ketidaknyamanan.
9. Cari dan hitung banyaknya petekie yang timbul dalam lingkaran yang berdiameter 5 cm pada bagian volar lengan bawah.
10. Hentikan prosedur jika sudah terjadi petekie atau setelah 10 menit.
11. Amati area di bawah manset untuk petekie atau purpura dalam 24 jam setelah prosedur.
Yang Perlu Diingat
Beberapa hal yang perlu diingat dalam prosedur Tourniquet Test antara lain :
1. Jangan gunakan Tourniquet Test pada pasien yang memiliki risiko perdarahan yang tinggi, seperti pada pasien dengan gangguan pembekuan darah atau penderita trombositopenia.
2. Pastikan sphygmomanometer dalam kondisi yang baik dan terkalibrasi dengan benar sebelum digunakan untuk Tourniquet Test.
3. Perhatikan kondisi kulit pasien sebelum dan setelah prosedur untuk memastikan tidak ada kerusakan atau komplikasi lain.
4. Segera lepaskan tourniquet setelah 5 menit atau jika terlihat adanya tanda-tanda perdarahan atau komplikasi lain.
5. Pastikan pasien diberikan informasi yang memadai tentang prosedur Tourniquet Test, termasuk risiko dan manfaat dari prosedur tersebut.
Pentingnya Tourniquet Test Diketahui Perawat
Tourniquet Test adalah salah satu tes diagnostik yang digunakan dalam pengobatan pasien dengan penyakit infeksi, terutama demam berdarah. Tes ini membutuhkan keterampilan teknis yang tepat dan pengetahuan yang akurat dalam menafsirkan hasil. Oleh karena itu, penting bagi perawat untuk memahami prosedur tes dan mengenali tanda-tanda komplikasi yang mungkin terjadi.
Dalam praktiknya, perawat sering kali bertanggung jawab untuk mempersiapkan pasien dan melaksanakan tes. Selain itu, perawat juga perlu memantau kondisi pasien selama tes dan mengambil tindakan yang sesuai jika terjadi komplikasi. Oleh karena itu, pengetahuan yang tepat tentang Tourniquet Test penting untuk perawat dalam memberikan perawatan yang tepat dan optimal untuk pasien.
Itu tadi penjelasan tentang Tourniquet Test. Semoga kamu bisa makin paham, ya!
Referensi :
Grande, A. J., Reid, H., Thomas, E., Foster, C., & Darton, T. C. (2016). Tourniquet Test for Dengue Diagnosis: Systematic Review and Meta-analysis of Diagnostic Test Accuracy. PLoS neglected tropical diseases, 10(8), e0004888. https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0004888
Mayxay, M., Phetsouvanh, R., Moore, C. E., Chansamouth, V., Vongsouvath, M., Sisouphone, S., Vongphachanh, P., Thaojaikong, T., Thongpaseuth, S., Phongmany, S., Keolouangkhot, V., Strobel, M., & Newton, P. N. (2011). Predictive diagnostic value of the tourniquet test for the diagnosis of dengue infection in adults. Tropical medicine & international health : TM & IH, 16(1), 127–133. https://doi.org/10.1111/j.1365-3156.2010.02641.x
Furlan, N. B., Tukasan, C., Estofolete, C. F., Nogueira, M. L., & da Silva, N. S. (2016). Low sensitivity of the tourniquet test for differential diagnosis of Dengue: An analysis of 28,000 trials in patients. BMC Infectious Diseases, 16(1). https://doi.org/10.1186/s12879-016-1947-7
Halsey, E. S., Vilcarromero, S., Forshey, B. M., Rocha, C., Bazan, I., Stoddard, S. T., Kochel, T. J., Casapia, M., Scott, T. W., & Morrison, A. C. (2013). Performance of the tourniquet test for diagnosing dengue in Peru. The American journal of tropical medicine and hygiene, 89(1), 99–104. https://doi.org/10.4269/ajtmh.13-0103
Adhisivam, B., & Chandrasekaran, V. (2022). Arm blanch test—a simple sign for dengue diagnosis. Indian Journal of Pediatrics, 89(7), 731–731. https://doi.org/10.1007/s12098-022-04140-0
Centers for Disease Control and Prevention. (n.d.). Clinical assessment. Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved April 19, 2023, from https://www.cdc.gov/dengue/training/cme/ccm/page73112.html
Sugandi, A. (2023, January 31). Pengertian Dan Prosedur Kerja torniquet test atau test Rumple LEED. Nerslicious. Retrieved April 19, 2023, from https://www.nerslicious.com/pengertian-dan-prosedur-kerja-torniquet-test-atau-test-rumple-leed/